Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Olahraga > Seniman Sepak Bola: Alberto-Gholy, Imitasi Alberto-Jairzinho

Seniman Sepak Bola: Alberto-Gholy, Imitasi Alberto-Jairzinho

Olahraga | 18 jam yang lalu
Editor : Orie Buchori

BAGIKAN :
Seniman Sepak Bola: Alberto-Gholy, Imitasi Alberto-Jairzinho

Oleh: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR

    CARLOS ALBERTO! Ingatan saya kembali ke skuad Timnas Brasil 1970 yang dipenuhi para "seniman".


     Carlos Alberto, tepatnya Carlos Alberto Parreira. Salah satu "seniman", yang "meliuk-liuk" seperti penari bersama: Tostao, Jairzinho, Roberto Rivelino, Gerson, dan Pele.


     Salah satu Gol Carlos Alberto di Estadio Azteca (Mexico). Mengantarkan Timnas Brasil "menguasai" sepenuhnya Jules Rimet Cup (piala pertama kejuaraan dunia). Brasil juara dunia untuk ke-3 kalinya (1970).


     Brasil negeri "gila bola". Semua sepakat! "Samba" adalah identitasnya. Samba, satu tarian akulturasi budaya Afrika dan Brasil dengan ayunan pinggul dinamis. Serta gerakan kaki cepat dan ritmis.   


     Sepak bola adalah "culture" di negeri "Selecao', di negeri orang-orang pilihan. Brasil menghasilkan legenda, dan jadi "imitasi" di Indonesia. 


     Terutama nama-nama bintangnya. Seperti Kaka, juga Carlos Alberto. Ini bagus untuk spirit!


       Saat Timnas U-17 Indonesia Fadly Alberto menyundul bola ke gawang Yaman (Piala Asia 2025). Saya tak menyangka akan tercipta gol. 


      Tidak mungkin tercipta gol, dengan tendangan Zahaby Gholi yang begitu kencang ke arah gawang Wessam Al Asbahi (Yaman), namun agak sedikit serong. Naluri dan "instink" Fadly Alberto sebagai "predator", berkata reflek lewat sundulan. Gol!


     Simetris dengan, Sandy Walsh yang tak terduga "menabrak" (lewat kaki samping) tendangan keras Ragnar Oratmangoen ke gawang Arab Saudi ('matchday-6) November 2024 lalu.


      Probabilitas 70:30 tercipta gol Ragnar (ada kemungkinan menyamping dan tidak gol). Menjadi linear "menipu" gerak kiper Arab Saudi. Gol! Naluri dan instink Sandy Walsh mirip-mirip Fadly Alberto.


       Zahaby Gholy dan Fadly Alberto, dua pemain dengan instink "predator" dan paripurna. Gol pertama Gholy ke gawang Yaman, adalah gol berkelas.  Patut menjadi catatan Asosiasi Sepak Bola Asia (AFC).


    Kalau boleh sedikit "nepotisme", saya mengatakan, gol tersebut adalah yang terbaik untuk Piala Asia (sekaligus seleksi kualifikasi Piala Dunia). 


     Gol Zahaby Gholy, memiliki tingkat kesulitan 70 persen, karena umpan Fabio Azkairawan bukan umpan matang. Posisi Gholy lebih sulit untuk menerima umpan, ketimbang bek Yaman.


     Saya kembali mencatat, gol Fadly Alberto saat mengalahkan Afghanistan di penghujung fase group. 


     Skema "tik tok" dari belakang. Bola indah yang diterima Zahaby Gholy, memotong diagonal ke arah Fadly Alberto. Berlari bagai air bah, akurasi Gholy ke Alberto sungguh tepat. 


      Meski tidak sejajar gawang, instink "Selecao"  Fadly Alberto tepat menceplos gawang Afghanistan. Begitu juga gol ke-2, Gholy. Seperti "matahari kembar" dengan Alberto, Gholy menggenapi kemenangan 2-0, sekaligis "sapu bersih" di fase group.


      Melihat permainan (bukan sekadar menang). Timnas U-17, bukan sembarang skuad. Mereka telah menjadi seniman. 


    Mereka bisa juga kita sebut "Selecao", orang-orang pilihan dari Asia Tenggara. Seperti "Selecao" "original" dari Amerika Selatan, Brasil.


      Setidaknya Zahaby Gholy dan Fadly Alberto boleh mengidolakan Carlos Alberto, Roberto Rivelino, atau Jairzinho. Kebetulan wajah Fadly Alberto mirip-mirip gelandang serang dan  legenda Brasil, Jairzinho. 


      Melawan Korea Utara di perempat final (8 besar) Piala Asia (Senin, 14 April), adalah target berikutnya. Semoga Alberto-Gholy dkk, terus menang dan ke semifinal. 


RELATED POST


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER