Oleh: M Subhan SD
Co-Founder Palmerah Syndicate
Islam muncul pada abad ke-7 ketika dua imperium berkuasa saling bertarung: Romawi Timur (Bizantium) dan Persia (Sasaniyah). Imperium Bizantium meliputi Turki, Syam (Suriah, Lebanon, Israel, Palestina, Yordania), Mesir, Libya, serta enklave di Yaman. Imperium Persia lebih besar meliputi Iran, Pakistan, Afganistan, Turkmenistan, Azerbaijan, Georgia, Turki, Suriah, Yordania, Arab Saudi, Irak, Kuwait, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, Oman.
Dua imperium itu berhadap-hadapan: Bizantium yang Kristen di barat dan Persia yang Majusi (Zoroaster) di timur. Bizantium di bawah Kaisar Hiraklius atau Hiraklius atau Hirakla. Nama lengkapnya Flavius Hiraklius Augustus (periode 610-640). Persia era Dinasti Sasaniyah (Eranshahr) di bawah Kaisar Kisra atau atau Husraw atau Khosrow II (periode 590-628).
Secara geopolitik, Islam di Hijaz (Mekkah dan Madinah) terjepit di titik antara keduanya. Pusat Islam berada di daerah gurun Arab. Padang gurun Arab dikenal sebagai wilayah liar, keras, dan menakutkan. Orang Yunani menyebutnya orang Sarakenoi, orang-orang yang hidup di tenda-tenda. Sarakenoi atau Sarasin (Saracen), yang kemudian pada abad ke-12 disematkan untuk orang Muslim.
Baik Persia maupun Bizantium tak pernah mempertimbangkan untuk menguasai wilayah itu, yang tak seorang pun tahu akan lahir agama baru yang menjadi kekuatan dunia yang besar (Karen Armstrong, Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis , 2002).
Dua imperium itu bertarung mempertahankan garis batas. Masing-masing membangun aliansi atau menguasai kerajan vasal dan menggunakannya sebagai benteng pertahanan. Misalnya, Bizantium menguasai suku-suku Arab utara Ghassan (kerajaan Ghassaniyah). Ghassan adalah kelompok Kristen Arab.
Sedangkan Persia menguasai kerajaan Lakhmid, kelompok Kristen (Nestorian) yang berpusat di Al-Hirah, jalur Sungai Eufrat (sekarang sekitar Najaf, Irak). Masing-masing imperium menggunakan masing-masing aliansinya itu sebagai buffer state. Bizantium dan Persia terlibat perang cukup lama, antara tahun 602 hingga 628.
Persia merangsek ke wilayah kekuasaan Romawi. Romawi menderita kekalahan. Persia merebut banyak wilayah Romawi. Yerusalem yang dikuasai Romawi jatuh ke tangan pasukan Persia di bawah komandan Shahrbaraz pada tahun 614. Walaupun Persia mengalahkan Romawi di Syam dan sampai Mesir, tetapi tak terpikir oleh raja-raja Persia untuk menyebarkkan agama Majusi atau menggantikan tempat agama Kristen/Nasrani (Haekal, Sejarah Hidup Muhammad , 1984).
Kekuatan Romawi melemah. Peristiwa itu dikisahkan di dalam Al-Quran dalam surat Ar-Rum (Romawi). “Bangsa Romawi telah dikalahkan” (QS. Ar-Rum: 2), Tetapi wahyu Allah yang diturunkan sekitar tahun 620 itu juga menginformasikan bahwa Romawi akan meraih kemenangan dalam beberapa tahun kemudian.
“Di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang, Dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahaperkasa, Maha Penyayang. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 3-6).
Berdasarkan wahyu itu, Nabi Muhammad memberitahukan tentang kemenangan yang akan diraih Romawi. Tetapi, orang-orang Quraisy tidak percaya. Sebab, peristiwanya belum terjadi. Karena peristiwa itu post factum. Bahwa kebenaran suatu pernyataan atau tindakan baru diakui setelah peristiwa atau faktanya benar-benar terjadi. Namun, siapa yang dapat menyangkal bocoran yang diterima nabi dari Allah itu.
Beberapa tahun kemudian atau tepatnya tujuh tahun setelah wahyu tersebut turun yakni pada tahun 627, Romawi meraih kemenangan besar setelah mengalahkan Persia dalam pertempuran di Nineweh (Nineveh), sekarang di daerah Mosul, Irak utara. Dua tahun kemudian Yerusalem kembali dikuasai Kaisar Hiraklius. Sebaliknya pasukan Kaisar Kisra mendapat pukulan telak. Setelah itu, Dinasti Sasaniyah pun mengalami kemunduran. Di kalangan internal kerajaan banyak timbul friksi dan konflik. Romawi mengalami kemenangan, seperti tercantum dalam Al-Quran.
Sebelumnya, kepada kedua kaisar itu, Nabi Muhammad mendakwakan Islam. Nabi berkirim surat kepada keduanya. Dua kaisar yang bermusuhan itu merespons berbeda. Surat Rasulullah diantar oleh Abdullah Huzafah As-Sahmi melalui pembesar negeri Bahrain, Al-Munzir bin Sawi. Bahrain adalah wilayah kekuasaan Persia. Begitu menerima surat nabi, Kaisar Kisra marah. Menurut cerita Abdullah bin Abbas, setelah membaca, Kisra atau dikenal pula sebagai Ibrawiz, lalu merobek-robek surat tersebut. Mendengar suratnya dirobek-robek, Ibnu Musayyab bercerita, Rasulullah berdoa semoga kerajaan mereka dirobek-robek pula oleh Allah.
Tak berselang lama, Kisra dikalahkan Hiraklius, sebagaimana tercantum dalam ayat Al-Quran di atas. Imperium Persia terus melemah. Konflik internal yang muncul di mana-mana membuat kekaisaran pecah dan akhirnya runtuh ditaklukkan pasukan Muslim pada era Khulafaur Rasyidin. Pasukan Muslim di bawah komandan Khalid bin Walid menaklukkan Al-Hirah – pertahanan Persia di Lakhmid – secara damai.
Penguasanya, Qabidhah bin Iyas bin Hayyah Ath-Tha'i, yang diberi mandat oleh Kisra, menjawab Khalid mengatakan, "Kami semua tidak memiliki kepentingan untuk menjadi bagian dari kalian. Kami akan tetap ada dalam agama kami dan akan membayar jizyah (pajak) kepada kalian" (Ath-Thabari, Sahih Tarikh Ath-Thabari, 2011).
Dab, nasib Kisra yang merobek-robek surat nabi itu berakhir tragis. Ia tewas di tangan anaknya sendiri, Kavad II atau Sheroe atau Shiruya. Bahkan Kavad II membunuh semua saudara laki-lakinya yang dianggap sebagai ancaman yang dapat menyaingi dalam rebutan penerus takhta. Dinasti Sasaniyah pun runtuh. Bagaimana dengan respons Hiraklius terhadap surat nabi? Insyaallah besok kita sambung lagi.