Saksi-Saksi Yehuwa Adakan Kegiatan Khusus Sedunia, Tawarkan Solusi Terhadap Kekerasan
Surabaya – Kabarindo- Inilah pengakuan seorang tentara dan warga sipil yang menghadapi perang. Ungkapan kepedihan hati mereka bisa ditemukan dalam artikel pembuka di majalah Menara Pengawal No. 1 2025 yang berjudul ”Dunia Tanpa Perang - Mungkinkah?”
”Punggung dan wajah saya pernah tertembak!,” kata Wilmar, seorang tentara dari Kolombia. ”Kedua orang tua saya tewas terbunuh. Karena perang, saya menjadi anak yatim piatu,” kata Marie, seorang warga dari Rwanda.
Lebih dari 9 juta sukarelawan akan mengikuti kegiatan khusus sedunia pada bulan September 2025 untuk membagikan majalah yang menjelaskan bagaimana Wilmar, Marie dan lain-lainnya akhirnya menemukan kedamaian. Namun yang terpenting, majalah tersebut memberikan informasi kepada masyarakat tentang solusi dari kitab suci untuk mengakhiri peperangan.
”Kita hidup pada waktu di mana konflik kekerasan, bahkan perang yang besar, sedang melonjak. Kami yakin bahwa majalah ini akan memberikan harapan, bukan hanya kepada jutaan orang yang menderita akibat perang, namun juga kepada siapa pun yang sedang mencari kedamaian dalam hidup mereka,” kata Bram Wardhana, Juru Bicara Saksi-Saksi Yehuwa, pada Sabtu (6/9/2025).
Majalah yang singkat namun mendalam tersebut membahas topik-topik seperti Kenapa Perang Terus Terjadi?, Bagaimana Perang Akan Diakhiri?, dan Merasa Damai dalam Dunia yang Penuh Peperangan? Mungkin topik yang paling menarik adalah jawaban atas pertanyaan apakah dunia ini bisa bebas dari perang?
”Solusinya ada dalam pernyataan sederhana yang Yesus buat dalam contoh doa yang terkenal, yang biasa disebut Doa Bapa Kami. Hal ini khususnya akan menyentuh hati mereka yang telah menunggu pemerintah untuk membuat perubahan,” kata Bram.
Selama bulan kegiatan khusus ini, para Saksi juga akan mengundang masyarakat untuk menghadiri ceramah istimewa dengan tema yang sama seperti di majalah. Pembahasan selama 30 menit ini terbuka untuk umum dan akan disampaikan di seluruh dunia di tempat ibadah mereka yang disebut Balai Kerajaan. Tidak ada kolekte dalam acara non-profit ini.
”Kami mengundang semua untuk hadir. Bagi kebanyakan orang, apa yang akan mereka dengar bukan sekedar menghibur, tapi juga bisa mengubah kehidupan,” kata Bram.
Foto: istimewa