KABARINDO, JAKARTA – Semangat kebangkitan menyala terang dalam rangkaian menuju ajang LPS Monas Half Marathon 2025 yang mengusung tema “Time to Rise”. Lebih dari sekadar tagline, tema ini menjadi seruan untuk bangkit, melangkah maju, dan bertransformasi—baik secara pribadi maupun kolektif.
Sebagai bagian dari pemanasan menuju race utama, digelar Run The City 5K pada Sabtu, 14 Juni 2025 di Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Kegiatan ini bukan sekadar sesi pemanasan fisik, namun juga selebrasi kebersamaan dan euforia yang menyatukan para pelari dari berbagai latar belakang.
Dikenal sebagai ajang fun run, Run The City 5K menawarkan suasana yang santai namun penuh semangat. Tidak ada target waktu atau strategi kompetisi, melainkan ruang bagi para peserta untuk mengekspresikan diri—mulai dari mengenakan kostum unik, menyapa sesama pelari, hingga menikmati keindahan hijau Hutan Kota di tengah hiruk-pikuk ibu kota.
Lebih dari itu, Run The City menjadi ajang "shake-out run" yang menyenangkan—waktu yang ideal untuk menggugah semangat, merilekskan otot, dan mempersiapkan mental menjelang race day LPS Monas Half Marathon keesokan harinya.
Namun esensi Run The City tidak berhenti di garis start maupun finish. Ia menjadi gambaran nyata kekuatan kolektif komunitas lari yang datang membawa semangat untuk terhubung, bergerak bersama, dan menunjukkan bahwa langkah kecil pun bisa memberi dampak besar ketika dilakukan secara bersama-sama.
Atmosfer penuh energi dan solidaritas inilah yang menjadi titik awal kebangkitan. Sebuah getaran positif yang tidak hanya akan terasa di lintasan lomba, tetapi juga menyebar ke seluruh lapisan masyarakat sebagai simbol harapan dan keberanian.
Melalui Run The City 5K, LPS Monas Half Marathon 2025 mempertegas posisinya sebagai ajang sport tourism yang inklusif dan ekspresif. Ini bukan hanya soal kecepatan atau kompetisi, melainkan juga tentang rasa memiliki terhadap kota, terhadap komunitas, dan terhadap proses perubahan itu sendiri.
“Time to Rise” bukan hanya slogan. Di Run The City 5K, semangat itu benar-benar hidup—dijalani, dirayakan, dan dirasakan bersama.
