KABARINDO, JAKARTA - Di usia ke-95, Begawan lingkungan hidup Indonesia, Prof. Emil Salim, kembali menggetarkan hati para pejuang iklim dengan seruan lantangnya untuk menuntaskan permasalahan lingkungan. Dalam sambutan penutup yang penuh semangat di puncak acara Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 3, 2025, Kamis (23/10) di Hotel Sultan, Jakarta, Prof Emil Salim menegaskan bahwa kerusakan lingkungan global telah mencapai titik kritis dan menuntut aksi nyata yang lebih cepat dan terintegrasi.
“Tantangan permasalahan lingkungan meningkat dengan adanya ancaman kerusakan lingkungan dunia, global environmental destruction,” tegas Prof. Emil Salim.
Sebagai pelopor gerakan pelestarian lingkungan dan mantan menteri yang telah menerima penghargaan internasional seperti The Leader for the Living Planet dari WWF dan Blue Planet Prize dari Foundation Asahi Glass, Prof Emil Salim mengajak semua elemen bangsa terutama generasi muda untuk terus berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan, energi, wilayah, dan air.
“Pesan utama pertemuan ini adalah kita berjuang melestarikan wilayah supaya tetap selamat, pangan supaya tetap kaya, air supaya tetap terpelihara, dan lingkungan tanah air tetap tegak. Satu bumi untuk semua generasi,” tuturnya penuh semangat., Ujar Prof Emil Salim selaku Pendiri Emil Salim Institute
Kehadiran Prof Emil Salim di ICCF 3, 2025 merupakan kejutan bagi banyak pihak, mengingat kondisi kesehatannya yang sempat menurun. Namun, menurut Presiden Direktur Dr (C) Emil Salim Institute, Kurniawan Padma, kehadiran beliau menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap isu lingkungan dan kecintaannya pada Indonesia. Ujar, Pak Kurniawan Padma selaku Presiden Direktur Emil Salim Institute
ICCF 3 2025 diselenggarakan oleh Emil Salim Institute bekerja sama dengan MPR RI, dan dibuka Hari Pertama oleh Wakil Ketua MPR DR Eddy Soeparno pada Selasa (21/10) acara ICCF 3 2025 berlokasi di Gedung DPR-MPR RI Senayan. Forum ini mengangkat tema “Ketahanan Pangan, Energi, Air, dan Wilayah di Era Perubahan Iklim” dan menghadirkan pembicara dari berbagai kementerian, BUMN, akademisi, komunitas, dan praktisi lingkungan.
Sebagai bentuk apresiasi, seluruh pembicara menerima sertifikat elektronik pengadopsian pohon di pesisir selatan Sumatera Barat, simbol komitmen kolektif terhadap pelestarian alam.
“Kami sangat berterima kasih atas antusiasme dan partisipasi dari seluruh pihak yang terlibat, terutama para pembicara, juga semua tim dan kru, yang telah mencurahkan waktu, tenaga, dan pemikirannya untuk acara ICCF ini,” ujar Amelia Farina Salim Setiawan, Ketua Yayasan Era Shradda Indonesia.
Hasil diskusi selama dua hari dirangkum dalam bentuk policy brief yang telah diserahkan kepada delegasi Kementerian Lingkungan Hidup untuk dibawa ke Konferensi Para Pihak (COP) ke-30 di Brasil, 10–21 November 2025. COP 30 menjadi panggung strategis bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmen, konsistensi, dan kredibilitas aksi iklim dari tingkat nasional hingga akar rumput. Ujar Alryan M Irawan selaku Ketua Panitia National Youth Policy Brief ICCF 3 2025





