Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Internasional > Presiden Jerman Minta Maaf Kekejaman Era Kolonial di Tanzania

Presiden Jerman Minta Maaf Kekejaman Era Kolonial di Tanzania

Internasional | Jumat, 3 November 2023 | 05:29 WIB
Editor : Orie Buchori

BAGIKAN :
Presiden Jerman Minta Maaf Kekejaman Era Kolonial di Tanzania

KABARINDO, TANZANIA – Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier pada Rabu (1/11/2023) meminta maaf atas kekejaman era kolonial yang dilakukan oleh pasukan Jerman di Tanzania selama kunjungan ke negara Afrika Timur.

“Sebagai Presiden Jerman, saya ingin meminta maaf atas perbuatan orang Jerman terhadap nenek moyang Anda di sini,” terang Steinmeier, yang memulai kunjungan tiga hari ke Tanzania pada Senin (30/10/2023), kepada keturunan pahlawan perang setempat Songea Mbano, dikutip CNN.

Mbano digantung dan dipenggal bersama puluhan pejuangnya karena melancarkan pemberontakan, yang dikenal sebagai pemberontakan Maji-Maji, melawan Jerman pada awal 1900-an.

Diperkirakan 300.000 orang – sekitar sepertiga dari penduduk pribumi pada saat itu – terbunuh dalam pemberontakan tersebut, yang dipicu oleh penindasan brutal terhadap penduduk setempat oleh penjajah Jerman.

Tanganyika, yang sekarang bernama Tanzania, pertama kali merupakan koloni Jerman sebelum berada di bawah kendali Inggris pada tahun 1919.

“Perbuatan kejam ini telah meninggalkan bekas selama beberapa generasi,” lanjut Steinmeier kepada keluarga Mbano di Museum Maji Maji di Songea, Tanzania selatan, menurut transkrip pidatonya yang diberikan oleh kepresidenan Jerman.

“Itu membuatku malu. Saya malu dengan apa yang dilakukan tentara kolonial Jerman terhadap nenek moyang Anda dan rekan-rekan prajuritnya,” tambahnya, namun tidak menyebutkan reparasi.

Steinmeier mengatakan kepada keluarga Mbano di Tanzania bahwa negaranya akan berupaya menemukan jenazah Mbano, yang mungkin telah diangkut ke Eropa oleh pasukan Jerman untuk dimakamkan setelah eksekusinya.

“Yang kami tahu adalah banyak peninggalan dari Afrika Timur yang dibawa ke Jerman saat itu dan ditempatkan di museum dan koleksi antropologi. Ratusan, bahkan mungkin ribuan tengkorak,” ujarnya.

“Saya berjanji bahwa kami akan bekerja sama dengan Anda untuk menemukan tengkorak Kepala Suku Songea di Jerman,” tambahnya.

Steinmeier juga melakukan perjalanan ke Zambia pada Rabu (1/11/2023), dengan kedua kunjungan tersebut bertujuan untuk membina kemitraan, menurut pemerintah Jerman.

Hal ini bertepatan dengan tur Kanselir Jerman Olaf Scholz ke Afrika Barat pada awal pekan ini. Scholz mengunjungi Nigeria dan Ghana di mana dia mengadakan pembicaraan bilateral dengan para pemimpin negara tersebut.

Warga Tanzania pun langsung memberikan reaksi di media sosial terhadap permintaan maaf Steinmeier.

“Meminta maaf saja tidak cukup. Jerman harus membayar ganti rugi,” tulis salah satu warganet.

Jerman sebelumnya telah mengakui kekejaman era kolonialnya di Afrika.

Pada 2021, mereka mengumumkan dukungan sebesar 1,1 miliar euro kepada keturunan korban genosida era kolonial yang dilakukan terhadap kelompok etnis Herero dan Nama di Namibia, bekas jajahan Jerman lebih dari seratus tahun yang lalu.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER