Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Gaya hidup > Pentingnya Cek Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Cegah Penyakit yang Lebih Serius

Pentingnya Cek Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Cegah Penyakit yang Lebih Serius

Gaya hidup | Minggu, 3 November 2024 | 15:04 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Pentingnya Cek Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Cegah Penyakit yang Lebih Serius

Pentingnya Cek Kesehatan Seksual dan Reproduksi, Cegah Penyakit yang Lebih Serius

Surabaya, Kabarindo- Kesehatan seksual dan reproduksi adalah bagian esensial dari kehidupan manusia yang mencakup aspek fisik, emosional, mental dan sosial. Namun hal ini sering kali diabaikan serta dibatasi oleh stigma dan tabu yang membuat banyak orang enggan untuk membahas dan memeriksakan kesehatan seksual mereka.

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan seksual atau reproduksi tersebut, tercermin dalam survei BKKBN yang menunjukkan bahwa Indeks Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia hanya 53,4%. Padahal pemahaman menyeluruh tentang kesehatan seksual dan reproduksi penting untuk mencapai kesejahteraan hidup yang optimal.

dr. Monica C. Dewi, Medical Manager Halodoc, mengatakan masalah kesehatan seksual dan reproduksi sering kali dianggap hanya meliputi penyakit menular seksual saja. Padahal masalah ini dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang gender atau usia. Kurangnya pengetahuan serta anggapan tabu mengenai kesehatan seksual menyebabkan pemahaman masih minim di masyarakat. Akibatnya, penanganan medis sering terlambat.

“Karena itu, pemahaman mengenai jenis-jenis masalah kesehatan seksual dan gejala awalnya penting untuk mencegah penyakit yang lebih serius,” ujarnya.

Lantas, apa saja masalah kesehatan seksual dan reproduksi yang banyak dialami oleh masyarakat, namun masih kerap diabaikan? Berikut beberapa di antaranya:

Endometriosis

Tidak sedikit masalah kesehatan reproduksi wanita yang berkaitan dengan siklus menstruasi, salah satunya penyakit endometriosis yang merupakan kondisi medis akibat pertumbuhan jaringan endometrium di luar dinding rahim, seperti di ovarium, saluran tuba atau organ panggul lainnya. Penderita endometriosis biasanya mengalami volume darah yang banyak saat menstruasi, pendarahan di luar siklus menstruasi, nyeri haid yang hebat, nyeri saat berhubungan seksual, perut terasa kembung serta darah pada urin. Beberapa wanita juga dapat mengalami keluhan seperti diare, konstipasi, mual hingga infertilitas.

Vaginismus

Vaginismus adalah kondisi medis yang ditandai dengan pengencangan otot-otot di sekitar vagina secara tidak sadar yang terjadi ketika adanya penetrasi seksual pada vagina. Penderita vaginismus tidak dapat mengatur atau menghentikan kontraksi otot-otot vagina. Penderita juga merasa nyeri saat berhubungan seksual yang disertai perasaan sesak, dan sensasi terbakar atau menyengat.

Disfungsi ereksi

Menurut Jurnal Ilmiah Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 35,6% responden melaporkan mengalami disfungsi ereksi. Sayangnya, survei Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors mengungkapkan bahwa 78% pria yang mengalami disfungsi seksual tidak mencari bantuan medis. Ciri utama disfungsi ereksi adalah sulitnya mempertahankan atau mencapai ereksi. Penyebabnya berkaitan dengan berbagai kondisi seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi dan masalah psikologis seperti kecemasan atau depresi.

Varikokel

Varikokel adalah kondisi terjadinya pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam kantung pelindung testis (skrotum). Varikokel umumnya dialami oleh pria dewasa sekitar 15% dan remaja pria sekitar 20%. Gejala yang sering dialami penderita yaitu rasa sakit seperti terpukul benda tumpul saat berdiri dan ukuran testis yang berbeda. Kondisi varikokel ini dapat menyebabkan kemandulan atau penurunan kualitas sperma pada pria.

Penurunan libido

Sering diabaikan, turunnya gairah seksual (libido) pada pria maupun wanita dalam jangka panjang ternyata dapat menjadi indikasi penyakit seperti diabetes maupun penyakit jantung. Hal ini karena diabetes maupun penyakit jantung dapat mempengaruhi aliran darah, termasuk ke penis atau vagina yang dapat menyebabkan berkurangnya libido. Penurunan libido juga dapat dikaitkan dengan stres maupun depresi yang dialami oleh seseorang.

“Mengingat beragamnya masalah kesehatan seksual yang tidak hanya terbatas pada penyakit menular seksual, maka langkah pencegahan menjadi krusial. Karena itu, selain berkonsultasi dengan dokter jika terdapat keluhan, penerapan gaya hidup sehat menjadi keharusan. Pemeriksaan kesehatan secara rutin juga perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan seksual,” ujar dr. Monica.

Foto: ilustrasi, istimewa


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER