KABARINDO, JAKARTA - Program Makan Siang Bergizi (PMSB), sebuah inisiatif pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja, berpotensi menghasilkan sampah makanan yang signifikan. Imam Pesuwaryantoro, Praktisi ESG Indonesia dan Aktivis Lingkungan, menawarkan solusi teknis untuk mengatasi masalah ini.
*Data dan Fakta*
1. 30% makanan tidak dikonsumsi (KLHK, 2020).
2. 1.300 ton sampah makanan per hari di Indonesia (BPS, 2022).
3. 60% sampah makanan berasal dari program makan siang, rumah tangga, dan industri makanan (KLHK, 2020).
4. Kerugian ekonomi: Rp 213,4 triliun per tahun (Bank Dunia, 2019).
5. Sampah makanan menyebabkan pencemaran lingkungan dan menghabiskan sumber daya alam.
*Solusi Teknis*
1. Pemilahan sisa makanan pasca konsumsi.
2. Pendidikan lingkungan tentang pembuatan pupuk kompos, maggot dan biopori.
3. Pengembangan ruang terbuka hijau melalui Eco Urban Farming.
4. Insentif reward dan punishment bagi sekolah/institusi pendidikan yang mengelola sampah makanan bertanggung jawab.
5. Penyaluran distribusi makan siang langsung oleh orang tua murid/UMKM Kantin sekolah.
6. Skema prasmanan untuk mengurangi sampah kemasan.
"Pengurangan sampah makanan dari PMSB membutuhkan kolaborasi dan komitmen bersama. Solusi teknis ini dapat membantu meningkatkan ekonomi sirkular dan mengurangi dampak lingkungan," kata Imam Pesuwaryantoro.
*Referensi*
1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Laporan Kinerja Pengelolaan Sampah.
2. Badan Pusat Statistik. (2022). Statistik Sampah di Indonesia.
3. Bank Dunia. (2019). The State of Food Security and Nutrition in the World.