Pemkab Kediri dan Putera Sampoerna Foundation Berkolaborasi Kurangi Angka Kemiskinan Lewat Jalur Pendidikan
Surabaya, Kabarindo - Pemerintah Kabupaten Kediri berkolaborasi dengan Putera Sampoerna Foundation (PSF) dalam menjalankan Lighthouse School Program (LSP) di SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School, untuk menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi siswa, terutama yang kurang mampu, serta mencegah putus sekolah.
“Pemkab Kediri dan PSF memiliki spirit yang sama, mengentaskan kemiskinan melalui pendidikan. Pada saat banyak warga yang mengeluhkan kurangnya sekolah di beberapa kecamatan serta kendala dalam pembiayaan sekolah, kami menginisiasi kerja sama dengan PSF untuk menjadikan SMA Dharma Wanita 1 Pare sebagai sekolah berkonsep boarding school di bawah Yayasan Dharma Wanita. Kerja sama ini adalah sinergi yang membangun untuk masa depan Kabupaten Kediri," ujar Bupati Kediri periode 2020-2024, Hanindhito Himawan Pramana, yang akrab disapa Mas Dhito.
Ia menyadari diperlukan langkah nyata untuk memperluas akses pendidikan, terutama di daerah-daerah yang minim fasilitas dan mayoritas masyarakatnya masih berada di bawah garis kemiskinan.
“Masyarakat miskin itu terbagi menjadi tiga, yaitu miskin ekstrim, miskin struktural dan miskin absolut. Yang kita utamakan masyarakat miskin absolut. Kemiskinan itu gabungan antara kemiskinan ekstrim dan kemiskinan struktural. Masyarakat yang miskin ekstrim rata rata tidak punya harapan untuk bersekolah,” ujar Dhito pada Sabtu (23/11/2024).
SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School hadir sebagai solusi. Sekolah ini dirancang untuk mengakomodasi siswa-siswa dari berbagai wilayah dengan pendekatan yang inklusif dan berbasis mutu. Dhito ingin memastikan setiap anak di Kediri memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, berkembang dan meraih mimpi tanpa terbatas oleh kendala finansial.
Sistem boarding school dipilih, karena memiliki keunggulan dalam pembentukan karakter siswa. Selain belajar secara akademik, siswa juga dibimbing dalam pengembangan soft skills, disiplin dan kemandirian. Model pendidikan boarding school yang diterapkan di SMA Dharma Wanita 1 Pare menawarkan pendekatan berbeda dibanding sekolah reguler. Dengan tinggal di asrama, siswa mendapatkan lingkungan belajar yang lebih terkontrol dan mendukung.
"Konsep asrama ini mempersatukan siswa-siswa yang awalnya tidak memiliki cita-cita untuk bersekolah. Dengan pola hidup yang teratur, mereka belajar disiplin dan membangun mimpi baru.,” ujar Dhito.
Program tersebut menargetkan prestasi akademik maupun pembentukan karakter siswa. Mereka diajarkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerja keras dan solidaritas, yang menjadi bekal penting untuk masa depan.
Meskipun langkah besar telah diambil, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan memperbaiki infrastruktur pendidikan. PSF, melalui Lighthouse School Program (LSP), melaksanakan program intervensi intensif di SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang memiliki keunggulan pada bidang Leaderpreneurship (leadership dan entrepreneurship).
Berbagai kegiatan dilakukan dalam program ini, antara lain rekrutmen guru, seleksi siswa, workshop dengan para pemangku kebijakan terkait, pelatihan dan pendampingan intensif, advokasi dan konsultasi, serta monitoring dan evaluasi. Peran guru sebagai "mercusuar" diharapkan dapat menyebarkan pengetahuan yang diperoleh dalam program ini kepada lebih banyak guru di Kediri dan sekitarnya, guna meningkatkan kompetensi dan mendukung kualitas pembelajaran.
Salah satu siswi SMA Dharma Wanita 1 Boarding School Pare, Pramesta Anggraini, dari Desa Pakis, Kecamatan Gudang, Kabupaten Kediri, berasal dari keluarga menengah ke bawah. Kedua orang tuanya berpisah sejak ia masih kecil. Ia tinggal bersama ibu dan kakek neneknya. Ibunya adalah pedagang kue kecil di pasar, sementara kakeknya adalah pencari cacing untuk dijual kepada pengepul.
Meta, panggilan akrab Pramesta, mengaku keluarganya tidak terlalu menuntut dirinya untuk berprestasi. Namun ia bertekad untuk menjadi yang terbaik, karena nanti ia akan menjadi tulang punggung keluarga.
“Sejak ayah meninggalkan kami dan menikah lagi, ibu harus berjuang sendirian. Selama dua tahun setelah ayah pergi, ibu menganggur. Ketika saya akan memasuki SMP, ibu memutuskan untuk mandiri dengan berjualan kue di pasar. Hal ini menjadi motivasi bagi saya untuk lebih maju dan meraih apa yang tidak bisa ibu dapatkan dari ayah. Saya ingin membuktikan bahwa anak yang dulu dianggap remeh ini bisa menjadi seseorang yang luar biasa,” tuturnya bersemangat.
Meta rajin mengikuti berbagai perlombaan, seperti Olimpiade Sains Nasional, yang berkaitan dengan bidang kedokteran, seperti biologi dan kimia.
Foto: istimewa