KABARINDO, JAKARTA - Harga sejumlah komoditas di pasar masih terpantau tinggi, termasuk minyak goreng. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia turut emmebrikan komentar akan langkah yang dilakukan pemerintah.
Sekretaris Jenderal IPPI, Reynaldi Sarijowan menyayangkan langkah operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah. Menurutnya seharusnya operasi pasar yang dilakukan pemerintah dilakukan hanya di dalam pasar saja, bukan di luar pasar.
“Terlebih lagi informasi pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi instruksi ke Kemendag untuk menstabilkan harga minyak goreng. namun kami menyayangkan apabila operasi pasar yang dilakukan pemerintah di luar area pasar ini sangat kami sayangkan. Seharusnya pemerintah bisa melakukan itu di dalam pasar,” ungkap Reynaldi.
Hal ini diungkapkan terkait usaha pemerintah menjual minyak goreng kemasan dengan harga Rp 14 ribu perliternya. Ia juga sangat menyayangkan langkah pemerintah menjual minyak goreng kemasan dengan harga yang masih diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) sekitar Rp 11-12 ribu perliter.
“Kami cukup menyesali kenapa harga yang disubsidi pemerintah mencapai Rp 14 ribu perliter minyak goreng kemasan sederhana, kalau kita lihat HET, HET nya kan dikisaran Rp 11-12 ribu, maka harus dikaji ulang,” kata Reynaldi, Sabtu (8/1/2022).
“Kami di Ikatan Pedagang Pasar Indonesia meminta pemerintah untuk mengubah HET atau mengubah Permendag yang pernah ada,” imbuhnya.
Menurutnya sebagai pedagang juga memiliki aturan main dan regulasi sendiri. Sehingga ia bisa menilai harga minyak goreng lewat operasi pasar yang dilakukan pemerintah masih terlalu tinggi.
“Harapan kami sesungguhnya pemerintah gak perlu lakukan operasi pasar. Kalau pemerintah punya grand design pangan (dengan) strategi yang baik dengan konsep yang baik kedepan kita gak lagi di rebut-ribut soal harga si A si B,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, ia juga melaporkan sejumlah komoditi pangan yang masih tinggin. Seperti cabai rawit merah masih diharga Rp 90-100 ribu/kg, telur ayam Rp 30-31/kg, kemudian ayam broiler ras Rp 39-40 ribu/kg.
“Seharusnya ada acara atau strategi pangan sebelum kita menghadapi natal dan tahun baru. Namun ternyata memang karena permintaan yang cukup tinggi sehingga harga-harga menjadi tidak terkendali. Karena memang supply and demand kita akhirnya gak seimbang,” ucapnya.
“Kemudian pemerintah juga harus siapkan sejumlah stok pangan, kedepan kita hadapi ramadhan, kemudian hari lebaran, hari besar keagamaan lainnya, maka penting harus dipersiapkan stoknya. Kalau stoknya aman seharusnya harga bisa ditekan,” tutup Reynaldi.
Sumber: Liputan6.com
Foto: Thonkstockphotos