KABARINDO, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menetapkan standar tinggi agar 'gajah-gajah' BUMN mampu menari atau menjawab tantangan yang dihadapi dalam persaingan ekonomi global.
Erick, dalam orasi ilmiahnya saat menerima gelar Doktor Honoris Causa Bidang Manajemen Strategis Universitas Brawijaya, di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat, mengatakan bahwa 'gajah' BUMN yang dimaksud tersebut adalah BUMN-BUMN besar.
"Pertanyaannya, bagaimana kita mengajari gajah-gajah BUMN, mulai Pertamina, PLN, PTPN, dan lainnya, untuk tidak sekadar menari. Tapi bisa menari yang lincah, indah, dan bertenaga dalam persaingan ekonomi global," ujar Erick.
Erick menjelaskan, untuk mengajak 'gajah-gajah' BUMN tersebut bisa menari, merupakan tantangan manajemen strategis yang berbeda. Oleh karena itu, ia telah melakukan identifikasi sejumlah permasalahan utama pada BUMN besar.
Menurutnya, sejumlah permasalahan utama tersebut, antara lain adalah organisasi kementerian yang cenderung birokratis, organisasi BUMN terlalu besar dan tidak fokus, serta tidak adanya satu nilai yang mengikat.
"Misi saya adalah memiliki BUMN yang menari dengan lincah, indah, dan bertenaga. Seperti Tari Kecak Bali, atau pun Tari Flamenco Spanyol," ujarnya lagi.
Erick menambahkan, dengan sejumlah pengalaman yang ia miliki, untuk menjawab tantangan tersebut dibutuhkan strategi guna membuat 'gajah-gajah' BUMN tersebut bisa menari dan menghadapi persaingan ekonomi global.
Kesimpulannya, ujar Erick, perlu menemukan strategi dan menemukan cara untuk mengajar gajah menari. Formula yang dipergunakan adalah kombinasi antara tiga variabel horizontal, yakni kenali misi atau tujuan, kenali inti masalah, dan eksekusi.
"Sementara pada variabel vertikal, ada kecepatan, keakuratan, dan keberhasilan," katanya pula.
Namun, ia menilai persoalan tidak akan selesai hanya karena telah memiliki sejumlah strategi saja. Akan tetapi, juga diperlukan eternitas (kelanggengan) transformasi BUMN sebagai strategi yang tidak berhenti di konsep dan rencana.
"Inti dari strategi tersebut adalah kenali misi atau tujuan, kenali inti masalah, dan eksekusi, dan kemudian adalah kecepatan, keakuratan, dan keberhasilan," ujar Erick.
Dia berharap, 'gajah-gajah' BUMN yang sebelumnya lambat dan tambun tersebut, mampu menjadi gajah raksasa yang bertubuh besar dan mampu menari indah dan lincah. Gajah yang lincah tersebut, merupakan masa depan BUMN Indonesia.
"Yang kita kelola adalah transformasi gajah. Dari gajah yang lambat dan tambun, menjadi gajah raksasa, yang bertubuh besar, namun juga bisa menari seindah dan selincah flamenco. Itulah masa depan BUMN Indonesia," kata Erick.
Dalam kesempatan itu, Erick Thohir menerima gelar Doktor Honoris Causa (Dr HC) dari Unversitas Brawijaya yang diberikan oleh Ketua Senat Akademik Universitas Brawijaya Prof Dr Ariffin MS.
Erick membawakan orasi ilmiah berjudul Eternitas Transformasi BUMN: Strategi Terobosan untuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia Baru. Penganugerahan itu sudah melalui tahapan sesuai regulasi dan sudah disetujui oleh Senat Akademik Universitas Brawijaya.
Penganugerahan itu juga dilihat dari berbagai aspek, utamanya kontribusi pemikiran Erick Thohir pada bidang manajemen strategi melalui implementasi strategi transformasi bisnis di BUMN.