Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Berita Utama > Mengulik De Javasche Bank dan Perpustakaan Bank Indonesia di Surabaya; Cagar Budaya yang Unik dan Dilestarikan

Mengulik De Javasche Bank dan Perpustakaan Bank Indonesia di Surabaya; Cagar Budaya yang Unik dan Dilestarikan

Berita Utama | Selasa, 1 Juni 2021 | 10:21 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Mengulik De Javasche Bank dan Perpustakaan Bank Indonesia di Surabaya; Cagar Budaya yang Unik dan Dilestarikan

Mengulik De Javasche Bank dan Perpustakaan Bank Indonesia di Surabaya; Cagar Budaya yang Unik dan Dilestarikan

Peninggalan zaman kolonial Belanda yang menarik wisatawan

Surabaya, Kabarindo- Di Surabaya terdapat banyak bangunan lawas yang bersejarah, unik dan menarik untuk dikunjungi. Sebagian besar merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda yang berada di Surabaya utara, yang dikenal sebagai kawasan kota lama. Namun banyak pula bangunan lawas yang terletak di tengah kota.

Bangunan-bangunan tersebut terpelihara dengan baik dan tetap dimanfaatkan. Dua di antaranya adalah De Javasche Bank Surabaya di Jl. Garuda dan Perpustakaan Bank Indonesia (BI) yang disebut Gedung Mayangkara di Jl. Taman Mayangkara – Jl. Raya Darmo. Keduanya merupakan aset bersejarah milik BI.

De Javasche Bank

De Javasche Bank (DJB) yang artinya Bank Jawa, pertama kali dibangun oleh pemerintah Belanda di Jakarta (dulu bernama Batavia) pada 1828. Seiring meningkatnya perdagangan, maka Belanda membuka cabang DJB di Surabaya di Jl. Garuda pada 14 September 1829.

Riski Jayanto, Penanggung-jawab De Javasche Bank Surabaya, menjelaskan bank ini berfungsi mengawasi dan mengelola keuangan pemerintah Belanda di wilayah ini. DJB dikuasai pemerintah Jepang ketika negara ini mengalahkan Belanda pada 1942 dan menjajah Indonesia. DJB berganti nama menjadi Nanpo Kaihatsu. Bank ini kembali ke tangan Belanda pada 1945 setelah Jepang dikalahkan sekutu.

Pada 1951, DJB dinasionalisasi melalui pembelian saham di Bursa Efek Amsterdam. Kemudian berdirilah Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Surabaya pada 1953 dan menempati gedung DJB. BI kemudian pindah ke gedung baru di Jl.Pahlawan pada 1973 hingga kini. Gedung DJB ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya milik BI pada 27 Januari 2012.

Riski menerangkan, gedung DJB terdiri dari basement, lantai 1 dan lantai 2. Ia memaparkan, tembok basement ini setebal 1,5 meter, mirip bunker. Di basement terdapat 3 ruangan berpintu baja tebal seperti pada brankas. Berat masing-masing pintu 13 ton merek Lips yang hanya bisa dibuka dengan kombinasi kunci dan kode tertentu.

Ruangan-ruangan di basement memiliki keunikan. Di bagian bawah sekeliling ruangan dulu terdapat AC alami berupa gorong-gorong selebar 80 cm untuk memberikan kesejukan. Penutup gorong-gorong berupa teralis besi, di dalamnya berisi air yang rutin diisi, karena akan mengering oleh suhu udara. Basement juga memiliki sirkulasi udara cukup bagus, karena terdapat banyak ventilasi di bagian atas tembok.

Di sini juga terdapat “CCTV manual” berupa kaca tinggi di tiap sudut luar ruangan. Fungsinya seperti kaca spion, untuk memantau situasi. Jika ada orang yang lewat di sekitar ruangan akan terlihat dari lorong di antara dua ruangan.

“Dulu kan belum ada listrik. Jadi pakai AC alami dan CCTV manual yang dirancang khusus oleh arsiteknya, dan terbukti berfungsi sebagaimana mestinya. Tapi gorong-gorongnya sudah ditutup, karena sekarang pakai AC modern,” tutur Riski.

Di ruangan pertama basement terdapat koleksi uang kertas mulai zaman Belanda, Jepang hingga Republik Indonesia. Ruangan ini disekat teralis yang di dalamnya terdapat rak-rak besi tempat menaruh uang. Di ruangan kedua terdapat replika 6 batang emas, masing-masing seberat 13,5 kg. Ruangan ketiga adalah pustaka budaya tempat menyimpan mesin-mesin operasional bank seperti penghitung uang logam dan kertas serta mesin sortir uang asing.

Lantai 1 di gedung DJB juga memiliki keunikan. Sebagaimana bangunan pada zaman kolonial, temboknya tebal dengan jendela-jendela tinggi berteralis besi. Ada pintu berputar untuk masuk dan keluar petugas dan nasabah yang terbuat dari besi tebal dan kuat. Ubinnya asli sejak dibangun. Lantai ini menggunakan penerangan alami dari jendela-jendela besar dan langit-langit tinggi yang terbuat dari kaca patri dengan motif indah. Ada banyak ventilasi untuk sirkulasi udara yang memberikan kesejukan.

Lantai 1 merupakan area kantor tempat nasabah bertransaksi. Terdapat 10 bilik kasir yang terbuat dari kayu jati. Jika nasabah hendak menyetor atau mengambil uang, mereka masuk ke dalam bilik kemudian menguncinya, memasukkan kunci ke dalam saku, baru menyetor atau mengambil uang. Kasir kemudian memasukkan uang ke dalam rak di bawahnya. Setelah jam operasional selesai, seluruh uang dibawa ke basement.

Sedangkan lantai 2 merupakan tempat penyimpanan arsip bank. Ada 7 rak besar dari kayu jati, namun sekarang kosong, karena arsip sudah dipindahkan ke gedung BI di Jl. Pahlawan.

“Semua benda di sini dirawat dan dilestarikan,” ujar Riski.

Ia menuturkan, DJB menarik minat banyak wisatawan. Sebelum pandemi Covid-19, pengunjung mencapai 5.000 orang per bulan. Mereka berasal dari beragam kalangan mulai dari pelajar, instansi maupun komunitas.

“De Javasche Bank bisa menjadi tempat wisata sekaligus edukasi. Kita bisa melihat-lihat keindahannya, belajar tentang sejarah dan bisa selfie, karena banyak spot yang menarik,” ujar Riski.

Sayangnya, kunjungan dihentikan saat mulai pandemi pada Maret 2020.

Perpustakaan Bank Indonesia

Gedung ini dulu bernama Woning voor Agent van Javasche Bank yang dibangun pada 1921 oleh Architecten en Ingenieur Bureau Job en Sprij, biro arsitek Belanda di Surabaya. Gedung ini merupakan rumah dinas Direktur DJB. letaknya di Jl. Taman Mayangkara - Jl. Raya Darmo, sehingga biasa disebut Gedung Mayangkara.

Pada 1975, gedung dialih-fungsikan sebagai Museum Mpu Tantular. Pada 2004, gedung diserahkan kembali kepada BI, karena museum dipindahkan ke Buduran, Sidoarjo. Gedung kemudian direnovasi, namun tetap mempertahankan keasliannya. Pada 2012, gedung Mayangkara difungsikan sebagai perpustakaan dan menjadi aset bersejarah milik BI.

Sebagaimana DJB, gedung Mayangkara juga memiliki tembok yang tebal dengan langit-langit tinggi serta pintu-pintu dan jendela-jendela dari kayu jati yang besar dan lebar dengan teralis besi.

Imam Suwandi, Pengelola Perpustakaan Bank Indonesia, menjelaskan gedung ini memiliki sejumlah ruangan di antaranya ruang tamu, ruang baca, ruang resepsionis, ruang komputer serta ruang anak. Bahkan terdapat ruang bermain dan pojok dongeng. Jadi anak-anak juga bisa membaca buku-buku dan bermain di sini.

“Perpustakaan di sini bukan hanya diperuntukkan pelajar dan masyarakat umum, tapi anak-anak juga bisa menikmati fasilitas di sini. Selain itu, ramah bagi penyandang disabilitas, karena aksesnya mudah ke setiap ruangan,” tutur Imam.

Juga terdapat co-working space dan hall untuk pertemuan yang bisa dimanfaatkan secara gratis oleh masyarakat, serta ruangan yang memajang produk-produk UMKM binaan BI. Sebagai pelengkap, tersedia kafe di teras gedung.

Imam menjelaskan, perpustakaan BI memiliki koleksi dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Terdiri dari 80% bacaan ekonomi dan perbankan, sisanya bacaan umum seperti tentang agama, kesehatan, hobi, pendidikan, ensiklopedia dan novel. Koleksi ekonomi perbankan di antaranya publikasi BI dan statistik daerah yang sering dicari mahasiswa sebagai bahan rujukan. Juga terdapat Surabaya Corner yang berisi buku-buku tentang Surabaya mulai dari sejarah, kuliner, budaya, wisata dan lainnya.

Menurut Imam, Perpustakaan BI buka mulai Senin-Sabtu. Pengunjungnya mencapai 50 orang per hari dari berbagai kalangan, termasuk wisatawan asing terutama Belanda. Pengunjung terbanyak adalah mahasiswa yang mencari bahan referensi. Sayangnya tempat ini tak lagi menerima kunjungan sejak awal April 2020 karena pandemi.

Riski maupun Imam berharap Covid segera berlalu, sehingga masyarakat bisa menjelajah lagi DJB dan memanfaatkan Perpustakaan BI.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER