Oleh: Gatot Widakdo
Pemred Kabarindo.com
Ketika beberapa kecelakaan pesawat terjadi dalam waktu berdekatan, wajar jika ketidaknyamanan melanda pikiran kita. Insting manusia cenderung membuat kita bertanya-tanya, "Apakah terbang sekarang berbahaya?" Namun, apa yang mungkin terasa sebagai logika murni sering kali hanyalah ilusi—sebuah bias yang dikenal sebagai “availability heuristik”. Mari kita telusuri fenomena ini dan cara kerjanya.
Menurut Alex Gervash, pilot pesawat komersial berlisensi FAA, yang juga ahli dalam psikologi penerbangan, bias “availability” muncul ketika peristiwa emosional atau mengejutkan, seperti kecelakaan pesawat, tertanam kuat dalam ingatan kita. Ketika kecelakaan terjadi berurutan, dampak emosionalnya membuat kita merasa seolah-olah ini adalah kejadian yang lebih umum daripada kenyataannya. Kita sering melupakan gambaran yang lebih besar: setiap hari, sekitar 200.000 penerbangan berhasil lepas landas dan mendarat, yang berarti lebih dari 72 juta penerbangan dalam setahun!
Sebagai perbandingan, mari kita lihat contoh lain: serangan hiu. Ketika berita tentang serangan hiu muncul, banyak orang merasa bahwa berenang di laut sangat berisiko. Namun, statistik menunjukkan bahwa peluang diserang hiu sangat kecil, bahkan jauh lebih kecil daripada terluka di dapur. Serangan hiu menjadi berita utama karena langka dan dramatis, sehingga melekat lebih dalam dalam pikiran kita dibandingkan dengan bahaya sehari-hari yang lebih umum.
Bagi mereka yang memiliki ketakutan terhadap penerbangan, bias ini bisa menjadi lebih kuat. Ketika kecemasan melanda, otak kita cenderung mencari bukti untuk mendukung keyakinan bahwa terbang itu berbahaya. Proses ini dikenal sebagai bias konfirmasi—kita hanya melihat informasi yang menguatkan ketakutan kita, sementara data yang sebenarnya tidak berubah.
Namun, penting untuk diingat bahwa penerbangan tetap menjadi salah satu bentuk transportasi paling aman. Setiap kecelakaan, meskipun tragis, diselidiki secara menyeluruh untuk memastikan keselamatan penerbangan di masa depan. Proses ini menunjukkan komitmen industri penerbangan untuk belajar dan beradaptasi demi keselamatan penumpang.
Apa yang Anda rasakan saat mendengar berita kecelakaan bukanlah gambaran yang objektif—itu adalah reaksi alami otak kita terhadap informasi yang emosional. Memahami cara kerja pikiran kita dapat membantu kita mengatasi ketakutan dan merespons dengan lebih rasional.
Terbang tidak menjadi lebih berisiko hanya karena dua kecelakaan yang terjadi berdekatan. Otak kita dirancang untuk memberi perhatian lebih pada kejadian langka dan menakutkan. Ingatlah hal ini ketika ketakutan mencoba menguasai: langit masih menjadi salah satu tempat teraman bagi kita.
Sebagai penumpang atau calon penumpang, penting untuk tetap terinformasi dan tidak terjebak dalam siklus ketakutan yang tidak beralasan. Dengan memahami bias yang mempengaruhi persepsi kita, kita dapat lebih tenang dan siap menghadapi perjalanan udara.
Jadi, saat berita tentang kecelakaan pesawat membuat Anda merasa cemas, ingatlah bahwa banyak penerbangan berlangsung tanpa insiden. Ketika kita menggali lebih dalam ke dalam statistik dan fakta, kita bisa melihat bahwa penerbangan adalah cara yang sangat aman untuk bepergian.
Ketakutan adalah reaksi manusiawi, tetapi dengan pengetahuan dan kesadaran, kita dapat menghadapinya dengan lebih baik. Mari kita nikmati perjalanan kita di langit, mengetahui bahwa keselamatan adalah prioritas utama. Dalam dunia penerbangan, tetaplah tenang dan terinformasi—itu adalah kunci untuk mengatasi ketakutan dan melanjutkan perjalanan dengan percaya diri.
Jadi, jangan takut untuk terbang dan memulai perjalanan. Selamat tahun baru dan selamat berlibur !