Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Gaya hidup > MedicElle Clinic Punya Breast Health Center; Berikan Informasi, Edukasi dan Tangani Penyakit Payudara Secara Holistik

MedicElle Clinic Punya Breast Health Center; Berikan Informasi, Edukasi dan Tangani Penyakit Payudara Secara Holistik

Gaya hidup | Kamis, 22 April 2021 | 14:39 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
MedicElle Clinic Punya Breast Health Center; Berikan Informasi, Edukasi dan Tangani Penyakit Payudara Secara Holistik

MedicElle Clinic Punya Breast Health Center; Berikan Informasi, Edukasi dan Tangani Penyakit Payudara Secara Holistik

Perlunya deteksi dini, tren penderita kanker payudara makin muda usia 35-45 tahun

Surabaya, Kabarindo- Pentingnya informasi, edukasi serta penanganan terhadap penyakit payudara secara cepat dan holistik mendorong MedicElle Clinic membuka Breast Health Center pada Rabu (21/4/2021) yang bertepatan dengan HUT ke-2.

dr. Sahar Bawazeer, Sp.B (spesialis bedah dan payudara), mengatakan hal-hal tentang kelainan payudara seperti benjolan (tumor) menjadi sesuatu yang mengerikan bagi banyak orang, khususnya perempuan. Edukasi mengenai kelainan payudara juga masih kurang di masyarakat luas.

“Banyak beredar mitos tentang benjolan payudara baik itu jinak maupun ganas (kanker) tanpa mengetahui kebenarannya. Padahal tidak semua kelainan payudara adalah kanker. Saat ini juga telah ada teknologi canggih yang dapat mendeteksi sejak dini, apakah itu kanker atau bukan. Semakin dini dideteksi, maka akan cepat diketahui tindakan apa yang tepat dilakukan. Hal ini akan meningkatkan harapan hidup pasien,” ujarnya.

Untuk itu, MedicElle Clinic membuka Breast Health Center agar dapat menjadi pusat informasi dan edukasi kesehatan payudara yang mudah diakses masyarakat luas di semua media terutama social media. Juga memberikan penanganan penyakit payudara secara holistik, mulai dari edukasi pertumbuhan payudara, pentingnya SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) dan deteksi dini hingga terapinya.

“Kami ingin mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan payudara, pencegahan kanker payudara hingga penyembuhannya. Masyarakat perlu mengetahui kapan waktu yang tepat untuk deteksi dini, apakah semua kasus kanker payudara terapinya harus pembedahan atau kemoterapi, dan bagaimana perawatan untuk efek samping yang timbul setelah terapi,” terang dr. Sahar.

Ia mendorong kaum perempuan untuk tidak segan melakukan pemeriksaan payudara. Melalui screening akan dilakukan pemeriksaan fisik apakah ada kelainan yang bisa diraba. Kemudian dilakukan evaluasi apakah perlu di-USG ataukah mamografi. USG bisa mendeteksi jika terlihat benjolan, namun mamografi mampu mendeteksi benjolan yang tidak terlihat. Jika membutuhkan pemeriksaan tambahan, bisa dilakukan biopsi.

“Untuk benjolan jinak payudara, bisa dilakukan terapi. Salah satu pilihan terapi unggulan benjolan jinak yaitu MIBS (Minimally Invasive Breast Surgery) yang merupakan tindakan dengan minimal sayatan dan tidak ada bekas luka,” ujar dr. Sahar.

Menurut ia, benjolan jinak bisa terjadi pada perempuan muda karena hormon yang belum stabil. Kebanyakan dialami oleh perempuan usia 17-25 tahun. Untuk deteksi dini, perlu melakukan SADARI secara rutin. Memasuki usia 40 tahun, perempuan bisa melakukan screening, bila perlu dengan mamografi. Namun jika dari keluarga yang memiliki riwayat kanker payudara, pemeriksaan dengan mamografi bisa dilakukan pada usia 35 tahun.

dr. Sahar menjelaskan, kini ada kecenderungan penderita kanker payudara makin muda berusia 35-45 tahun. Hal ini cepat diketahui, karena mind set masyarakat semakin maju, pemikiran mereka semakin terbuka serta informasi tentang kanker makin baik dan tersampaikan, sehingga mereka sadar pentingnya melakukan deteksi dini.

Ia menambahkan, MedicElle menangani penyakit pasien secara holistik dan mendetail. Ada yang perlu menjalani kemoterapi dulu. Jika benjolannya mengecil, baru dilakukan operasi. Namun ada yang perlu dioperasi dulu, dilanjutkan dengan kemoterapi.

dr. Sahar memahami banyak pasien yang takut menjalani kemoterapi. Karena itu, MedicElle menyediakan ruangan khusus agar pasien merasa nyaman. Mereka bisa menjalani kemoterapi dengan santai sambil nonton TV atau ngemil.

Pasien juga tak perlu takut mengalami efek samping setelah menjalani kemoterapi, misalnya mual, muntah atau rambut rontok seperti keluhan dan cerita yang beredar selama ini. dr. Sahar mengatakan, ilmu kedokteran sudah maju. Kondisi demikian bisa dicegah dengan obat-obatan.

“Jadi tak perlu takut lagi. Dokter di sini akan memberikan obat untuk mencegah efek samping tersebut,” ujar dr. Sahar.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER