Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Berita Utama > Masjid, Tempat Bersujud

Masjid, Tempat Bersujud

Berita Utama | 3 jam yang lalu
Editor : Gatot Widakdo

BAGIKAN :
Masjid, Tempat Bersujud

Oleh M. Subhan SD

Co-Founder Palmerah Syndicate

Di bulan Ramadhan, masjid (juga surau atau langgar) adalah titik paling bercahaya. Di tempat itu orang-orang lebih banyak meningkatkan ibadahnya, bersujud dan bermunajat kepada Allah. Makna masjid adalah “tempat sujud”. Dalam bahasa Arab, kata “masjid” (bentuk tunggal) berasal dari kata sajada, yasjudu, yang berarti bersujud atau menyembah.

Nabi Muhammad SAW bersabda; “Di mana pun engkau mendapatkan waktu sembahyang, maka sembahyanglah, dan bumi ini bagi engkau adalah masjid (tempat sembahyang)” (HR. Bukhari) dan “Tanah dijadikan untukku sebagai masjid dan dapat menyucikan” (HR. Muslim). Pemahaman mengenai makna masjid ini penting, mengingat hari ini banyak orang memahami masjid sebatas makna “bangunan”.


Paling santer adalah pihak-pihak yang menuding keliru ayat Al-Quran: “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS, Al-Isra: 1).

Para penuding berargumen bahwa ketika peristiwa isra mikraj terjadi, Masjidil Aqsa belum ada. Peristiwa isra mikraj memang terjadi sekitaran tahun 619/620. Sedangkan Yerusalem – di mana Masjidil Aqsa berada – baru dikuasai kaum Muslim tahun 638 (tahun 15 Hijriyah) di zaman Khalifah Umar bin Khattab. 


Kita kaji lebih jauh. Sejak awal, makna masjid adalah “tempat sujud”, lebih pada fungsinya, ketimbang makna kebendaannya. Keistimewaan bagi Nabi Muhammad, bahwa bumi dapat dijadikan tempat untuk salat, berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya yang ibadahnya dilakukan di tempat tertentu yakni di rumah peribadatan masing-masing (Buya Muhammad Alfis Chaniago, Indeks Hadits & Syarah, 2008). Maka, pemandangan lumrah salat Idul Fitri atau Idul Adha digelar di tanah lapang atau areal parkir.


Pemahaman ini sangat penting agar tidak terjadi kekeliruan berpikir apalagi sampai gagal paham. Dalam tradisi di Palestina, masjid itu tidak memiliki atap dan bangunan, cuma berupa ruangan terbuka. Jika berupa bangunan dan tertutup, namanya jamik. Ambil contoh Masjid Ibrahim di Hebron. Semula tempat itu adalah ladang dengan gua-gua tempat pemakaman Nabi Ibrahim dan keluarga.

Raja Herodes (74-1 SM) yang hobi membuat proyek-proyek mercusuar, kemudian membangun struktur bangunan di atas ladang tersebut. Hanya berupa tembok-tembok tinggi dan tidak ada atapnya. Pasca Palestina atau Syam dikuasai Muslim, barulah dilengkapi dengan atap penutup. 


Di Indonesia justru dikenal istilah “masjid jamik” yang berarti masjid utama, selain masjid agung. Secara umum, bentuk bangunan masjid ada tiga macam: berbentuk terbuka yang merupakan bentuk awal, hanya bagian mihrab dan sisi-sisinya yang tertutup; bentuk beratap datar yaitu bangunan inti dengan lapangan terbuka; bentuk beratap kubah yang merupakan ruangan salat tertutup oleh kubah (Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedi Islam 3, 2001). 


Makna Masjidil Aqsa itu sendiri adalah “masjid/tempat sujud terjauh”, tentu saja dari Mekkah. Kalau diukur di google map, jarak terdekat 1.470-1.540 kilometer. Dengan kendaraan, waktu tempuh perjalanan 16-17 jam. Di zaman nabi, perjalanan darat dengan unta atau kuda, ditempuh sekitar 30-40 hari. Tapi, perjalanan (isra) nabi hanya sepenggal malam. Kala itu, sebagai “tempat sujud terjauh”,  Masjidil Aqsa dipenuhi oleh jejak para nabi yang bersujud menyembah Allah, sejak Ibrahim, Luth, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Yahya, hingga Isa. 


Al-Quran juga menyebut kawasan itu sebagai Baitul Maqdis/Bait Al-Muqaddas. Penamaan Baitul Maqdis bisa mengacu pada kota/qaryah (wilayah) tetapi juga merujuk makna masjid (Khalid El-Awaisi, “From Aelia to Al-Quds…”, Mukaddime, 2011). Sebagai kawasan, Masjidil Aqsa merujuk pada kompleks bertembok di dalam kota lama Yerusalem. Luasnya 14,4 hektare. Bentuknya hampir persegi panjang. Tembok barat 491 meter, tembok timur 462 meter, tembok utara 310 meter, dan tembok selatan 281 meter.

Di dalam kompleks ini ada dua masjid. Yakni Masjid Kubah Sakhrah (The Dome of the Rock) yang dibangun antara tahun 688-692 oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan (Dinasti Umayah). Satu lagi Masjid Al-Qibly yang dibangun Khalifah Al-Walid tahun 706-714, mewujudkan rencana ayahnya, Abdul Malik bin Marwan. Masjid Al-Qibly adalah perluasan dari masjid sederhana yang dibangun Khalifah Umar bin Khattab. Masjid Al-Qibly ini yang disebut juga Masjid Al-Aqsa.


Pada era Dinasti Mamluk (1250-1517) dan Dinasti Usmaniyah (1299-1923), kawasan tanah suci Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa itu populer dengan nama Al-Haram Ash-Sharif (tanah haram yang mulia). Pada era modern, di kalangan Muslim dan Arab dikenal sebagai Al-Quds. Orang Yahudi menyebutnya Beit Ha-Miqdas. Orang Kristen menyebut Temple Mount. 


Jadi, jelas bahwa masjid bukan bermakna “bangunan” an sich. Pengertiannya jauh lebih luas. Dengan pengertian (harfiah, etimologi, sejarah), sampai sekarang pun istilah Masjidil Aqsa bukan melulu mengacu pada “bangunan”, melainkan merujuk pada tanah, areal, kawasan, tempat (M Subhan SD, Negeri Para Nabi: Perjalanan Spiritual, 2021). Dengan demikian, Masjidil Aqsa, “tempat sujud terjauh” itu memang sudah ada sebagaimana diinformasikan dalam Al-Quran, jauh sebelum “bangunannya” didirikan. 


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER