Hari ini saya hendak mendongeng dan berkabar. Tentang Mandalika, yang berupa tuturan, dan yang hari-hari ini bakal menjadi berita.
***
Alkisah, pada zaman dahulu, hidup seorang perempuan jelita, Putri Mandalika dari Kerajaan Tonjang Beru di Pulau Lombok. Ia anggun dan cantik, juga ramah dan cerdas. Ia menjadi kebanggaan rakyat dan digilai para pangeran dari negeri-negeri lain.
Suatu hari utusan dua pangeran datang menyampaikan pinangan kepada Putri Mandalika tapi ia menolak dengan halus. Dua pangeran murka dan mengancam hendak menyerang dan meluluh-lantakkan Kerajaan Tonjang Beru.
Demi menyelamatkan rakyat dan negerinya, Putri Mandalika pun meminta waktu untuk memilih.
Tapi dalam semedinya, sang putri mendapat wangsit, manakala ia menjatuhkan pilihan maka Kerajaan Tonjang Beru akan dihempas bencana. Sang putri pun mengadakan hajatan, mengundang semua pangeran pada tanggal 20 bulan kesepuluh Sasak, menjelang pagi buta sebelum azan subuh berkumandang di Pantai Seger.
Pada hari yang ditentukan itulah, di hadapan ayah ibunya, para pangeran dan ribuan rakyat kerajaan, Putri Mandalika dengan
mantap
berdiri di onggokan batu membelakangi laut lepas dan berbicara: “Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu di antara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale.”
Selepas kalimat itu, tak diduga-duga, Putri Mandalika melompat ke laut. Ia pun hilang ditelan gelombang. Angin kencang, kilat dan petir mengiringi kepergiaannya.
Di lokasi tempat Putri Mandalika melarung dirinya itu, pada setiap tanggal dua puluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak, atau lima hari setelah bulan purnama, menjelang fajar di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah, warga dan wisatawan ramai menyambut kemunculan Nyale: jutaan cacing laut yang dipercaya sebagai penjelmaan Putri Mandalika, putri anggun nan jelita yang berkorban demi rakyatnya.
Acara Bau Nyale ini kini menjadi daya tarik utama kawasan Kuta di Lombok Tengah. Wisatawan berdatangan karena daerahnya yang begitu indah, pantai-pantainya dengan pasir putih, lautnya yang jernih dan berlatar pemandangan bukit-bukit. Tak jauh dari situ juga ada Desa Adat Sade dan Ende.
Pantai Kuta, Pantai Seger dan Pantai Tanjung Aan, dan kawasan sekitarnya di Lombok Tengah inilah yang dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika seluas lebih seribu hektare yang diresmikan Presiden Jokowi, 20 Oktober 2017 lalu.
Hari ini, kawasan Mandalika kembali meriah dan menyita perhatian penggenar balap dunia. Di sana, di Sirkuit Balap Mandalika sepanjang 4,3 kilometer, digelar ajang balap motor internasional World Superbike (WSBK). Di sini pula, Maret tahun 2022, akan digelar MotoGP -- ajang balapan motor paling prestisius di dunia.
Puluhan ribu orang datang ke Mandalika beberapa hari ini. Hampir 200 hotel, besar dan kecil, di Mataram dan seluruh Lombok telah menyiapkan diri jauh-jauh hari. Stasiun-stasiun berita dan televisi dunia mengarahkan kamera dan liputannya ke sana. Dan konon, Presiden Jokowi akan mencoba menjajal sirkuit sebelum balapan berlangsung. Tentu dengan sepeda motornya sendiri yang bukan superbike.
***
Begitulah. Putri Mandalika sudah lama tiada, tapi acara Bau Nyale di Pantai Seger masih berlangsung saban tahun, dan kawasan tempat sang putri melarung diri kian meriah. Mata dunia tertuju ke sana. Saya juga ingin ke sana. Ingin ...
Ilustrasi @Asdaysuki