OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
KEKALAHAN 0-6 atas "Chollima" (julukan Timnas Korut), harus dilupakan! Pantas dilupakan! Pelan pelan saja!
Korea Utara adalah negeri "hukuman". Menjadi "spartan" adalah satu-satunya pilihan untuk tidak dihukum. Kemenangan, pun tidak menjadikan para atlet "terelu-elu", layaknya di negara "normal".
Atlet olahraga (termasuk sepak bola) Korut terbiasa "sangat disiplin", keras, menderita tanpa harus menangis. Itulah "spartan". "Menderita", membuat sepakbola (dan lainnya), menjadi kuat
Kim Kum-yong, dan Ri Yong-sik, dua atlet tenis meja Korea Utara, terancam hukuman di negaranya. Usai mengikuti Olimpiade Paris (2024).
Melakukan selfie dengan dua atlet Korea.
Selatan (Lim Jong-hoon dan Shin Yu-bin), setelah menerima pengalungan medali perak adalah pantangan di negeri komunis (sangat tertutup) ini.
Penjaga gawang Korea Utara (Korut) di Piala Dunia 2010 (Afrika Selatan), Ri Myong-guk.
Terancam hukuman, usai gawangnya kebobolan 7 X saat melawan Portugal (0-7).
Kim Yong-ii, seorang warga Korea Utara (BBC, 22 Juni 2010) yang membelot ke Korea Selatan mengatakan. Ada kekhawatiran akan nasib pemain sepak bola Korea Utara. Setelah kalah, dan gagal maju ke babak selanjutnya (Piala Dunia 2010).
Korea Utara punya sejarah menghukum atletnya. Atlet yang gagal memenuhi harapan khususnya Olimpiade (Piala Dunia), bisa mendapat hukuman. Kamp Sinuiju adalah salah satu tempat "pendidikan ulang".
Setelah Olimpiade 2016, muncul laporan. Atlet yang tidak memenangkan medali, mendapat konsekwensi. Termasuk dikirim ke kamp kerja paksa, atau hukuman yang lebih ringan. Mendapat kritik keras dari pemerintah Korut.
Kebangggaan nasional bagi rezim Korea Utara terhadap atletnya. Sebenarnya adalah hal positip. Kekuatan Timnas U-17 Korut, dengan menjuarai dua kali Asian Cup U-17 (2010 & 2014), serta dua kali "runner up" (2004 & 2006), menunjukkan pola "hukuman" keras, efektif.
Kalau boleh mengambil "comparatif study" Asian Cup U-17 (2025) pada Timnas Korut dan Korsel. Gaya 'spartan' Korut terlihat lebih "membumi". Korut negeri "menderita", dan Korsel (Korea Selatan) negeri bahagia, berikut dengan K-POP-nya.
"Spartan". Apa 'sich', spartan? Berasal dari nama kota Sparta. Sebuah kota terbesar dan terkuat di Yunani kuno. Bangsa sparta terkenal dengan cara hidup yang siap untuk beperang walau menderita.
Timnas U-17 Indonesia, jangan kecil hati. Nova Arianto sang "coach" sudah bekerja baik dan memenuhi target federasi (PSSI). Maju ke perempat final, dan lolos ke Piala Dunia Qatar (November 2025).
Siapkan tim yang lebih baik. Perkuat fisik, lakukan "talent scouting" untuk menambah pemain baru, juga degradasi pemain yang tidak lagi berkembang.
Meski Zahaby Gholly dkk harus kalah telak dari Kang Myong-bom dkk (Korut). Anggap saja kekalahan ini sebagai "pelajaran", untuk tidak cepat puas.
Lalu capai target yang lebih besar di Piala Dunia Qatar. Foto: PSSI