KABARINDO, JAKARTA - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengatur strategi dengan melakukan pemetaan cabang olahraga, agar kontingen Indonesia dapat meraih medali di Olimpiade Paris 2024.
“Kami memetakan cabor (cabang olahraga) berpeluang dan memperbanyak cabang yang memiliki potensi,” kata Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Surono, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima pewarta.
Pemetaan itu, lanjut Surono, telah dilakukan tepat setelah Olimpiade Tokyo 2020 berakhir.
Lebih jauh Surono menjelaskan bahwa strategi utama Kemenpora adalah memberikan peluang Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) sepanjang tahun kepada cabang olahraga, nomor, dan atlet yang memperlihatkan potensi. Hal itu telah dilakukan setelah Olimpiade Tokyo, dengan target utama ikut berpartisipasi di SEA Games dan Asian Games.
Dengan sistem kualifikasi Olimpiade saat ini yang menggunakan poin dan peringkat di ajang internasional, maka Surono memaparkan bahwa Kemenpora mendorong para atlet untuk aktif mengikuti kompetisi atau kejuaraan internasional setiap tahun.
“Prestasi adalah sebuah proses. Kemenpora melalui sistematis akan terus berupaya meningkatkan prestasi atlet Indonesia,” tuturnya.
Baca juga: Menpora yakin semua atlet sudah siap bertanding di arena Olimpiade
Upaya-upaya tersebut kemudian membuahkan hasil dengan lolosnya 29 atlet dari 12 cabang olahraga ke Olimpiade Paris 2024. Untuk masa yang akan datang, Kemenpora mempercayakan Pelatnas para atlet dengan kriteria yang jelas, yakni cabang dan nomor yang berpeluang berprestasi di Olimpiade.
“Kemenpora bekerja sama dengan pakar dan PB (Pengurus Besar) untuk memetakan mana cabor dan nomor yang memiliki peluang untuk meraih prestasi di Olimpiade,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Surono juga menjelaskan bahwa Kemenpora masih mengalami masalah keterbatasan anggaran. Sehingga institusinya memprioritaskan pembinaan atlet-atlet terbaik. Anggaran khusus untuk pembinaan jangka panjang dialokasikan mulai dari kelompok umur, meski Pelatnas saat ini masih fokus pada kuota.
“Pembinaannya juga masih terkendala masalah kompetisi yang belum menjangkau kelompok umur,” pungkas Surono.