KABARINDO, JAKARTA -- Unggahan media Israel, Jerusalem Post, yang menyebut bayi Palestina yang digendong oleh kakeknya hanya sebuah boneka ramai jadi perbincangan warganet. Belakangan kicauan Jerusalem Post itu telah dihapus di akun X (dulu Twitter).
"Jerusalem Post yang dijalankan oleh pemukim Israel kelahiran AS dan propagandis militer Israel AviMayer, telah secara diam-dia menghapus artikel yang secara salah diklaim bayi Palestian yang dibunuh Israel Muhammmad Hani-al-Zahar adalah boneka," ujar akun Dan Cohen yang juga seorang jurnalis dan pembuat film berbasis di Washington lewat kicauannya, Sabtu (1/12/2023) lalu.
Seorang netizen lain kemudian menambahkan, kebohongan dan narasi yang menipu adalah ciri khas dari Zionisme.
Sementara itu, Jerusalem Post dalam pernyataannya menyadari kesalahan dalam membagikan berita. Post sebut artikel tersebut tidak memenuhi standar editorial dan telah dihapus.
Post tidak menyebut berita apa yang dimaksud. Namun mereka menganggap masalah ini serius. "Kami menilai masalah ini serius dan akan mengatasinya secara internal agar kejadian serupa tidak terulang."
Post menyesal atas kelalaian tersebut dan akan tetap berkomitmen dalam menjunjung tinggi standar jurnalistik.
Bayi yang baru 5 bulan itu diketahui terbunuh dalam serangan udara Israel. Bayi itu dibawa ke rumah sakit Al-Aqsa oleh ibunya dan ayahnya pada Jumat (1/12/2023). Setidaknya 32 orang meninggal dalam serangan Israel hanya dalam waktu tiga jam sejak masa jeda kemanusiaan berakhir.
Sementara itu Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell pada Sabtu menyampaikan kekecewaannya atas kelanjutan serangan Israel di Jalur Gaza.
Borrell juga menekankan kewajiban Tel Aviv untuk menghormati hukum humaniter internasional dan hukum perang, yang dia gambarkan "bukan hanya kewajiban moral tetapi juga kewajiban hukum."
"Cara Israel menuntut haknya untuk membela diri itu penting. Tetapi, penting juga bagi Israel untuk menghormati Hukum Humaniter Internasional dan hukum perang," tulis Borrell di akun media sosial X, seperti dikutip Antara.
Pernyataannya itu disampaikan setelah tentara Israel melanjutkan serangan di Gaza menyusul pernyataan diakhirinya jeda kemanusiaan pada Jumat pagi. Ia khawatir jumlah korban tewas yang sudah tinggi akan terus meningkat.
Sementara menegaskan kembali seruannya kepada Israel untuk menghormati hukum internasional, dia menekankan bahwa penghormatan tersebut "bukan hanya kewajiban moral tetapi juga kewajiban hukum."
Dia juga menyebutkan aksi kekerasan yang terus meningkat di Tepi Barat. Lebih dari 12 ribu orang meninggal akibat serangan Israel sejak 7 Oktober. Red dari berbagai sumber