KABARINDO, NAYPYIDAW – Pada peringatan 75 tahun Hari Persatuan di Myanmar, Sabtu (12/2), junta militernya mengumumkan bahwa mereka akan membebaskan lebih dari 800 tahanan dari penjara .
Hari Persatuan Myanmar menandai kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1947, dan amnesti tahanan secara tradisi biasa dilakukan saat hari libur nasional itu.
Belum jelas apakah aktivis atau tahanan politik termasuk di antara ratusan yang dijanjikan akan dibebaskan.
Dalam perayaan hari nasional tersebut, junta militer Myanmar memamerkan kekuatan militernya dengan parade di ibu kota Naypyitaw.
Dalam pernyataannya hari itu, pemimpin junta Min Aung Hlaing mengakui bahwa konflik dengan minoritas belum diselesaikan, dan hal itu telah memperlambat pembangunan negara.
"Kekerasan di Myanmar menyebabkan kekacauan dan orang-orang menderita," katanya pada upacara yang disiarkan televisi itu.
Myanmar berada dalam kekacauan politik sejak Februari 2021, ketika militer melakukan kudeta dengan tuduhan bahwa kemenangan telak partai NLD pimpinan Aung San Suu Kyi di pemilu 2020 adalah hasil kecurangan.
Min Aung Hlaing membela kudeta mereka tahun lalu karena “diperlukan untuk melindungi negara dari musuh, baik domestik maupun asing.”
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mencatat bahwa pasukan keamanan junta telah menewaskan sedikitnya 1.547 orang yang dianggap menentang pengambilalihan kekuasaan militer.
Menanggapi penghitungan korban oleh AAPP, pejabat junta mengatakan angka tersebut berlebihan, dan menambahkan bahwa korban tewas tentara juga banyak.
***(Source and photo: Euronews and Reuters).