Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Gaya hidup > Jangan Hanya Gencarkan Digitalisasi, Fenomena Technostress Jarang Dibahas

Jangan Hanya Gencarkan Digitalisasi, Fenomena Technostress Jarang Dibahas

Gaya hidup | Selasa, 23 Juli 2024 | 23:15 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Jangan Hanya Gencarkan Digitalisasi, Fenomena Technostress Jarang Dibahas

Jangan Hanya Gencarkan Digitalisasi, Fenomena Technostress Jarang Dibahas

Surabaya, Kabarindo– Di tengah gencarnya narasi digitalisasi di berbagai sektor, terdapat fenomena yang luput dari perhatian banyak pihak. Contohnya technostress yang disoroti oleh HashMicro, sebuah perusahaan ERP di ASEAN.

Technostress didefinisikan sebagai ketakutan atau kecemasan yang dialami individu dalam menghadapi teknologi. Menurut beberapa penelitian, technostress merupakan bentuk resistance to change. Artinya, stres yang muncul bukan berasal dari teknologi itu sendiri, melainkan dari rasa enggan/takut untuk beradaptasi dengan sistem baru.

Fenomena technostress bisa dicegah dan diatasi secara menyeluruh. Berdasarkan pengamatan HashMicro, terdapat dua hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi technostress yaitu dukungan perusahaan dan memilih untuk implementasi teknologi dengan user experience yang menyenangkan.

Chief Business Development Officer HashMicro, Lusiana Lu, menjelaskan jika perusahaan baru melakukan digitalisasi, maka dibutuhkan komitmen bersama antara perusahaan dengan partner penyedia teknologi.

“Perusahaan harus bisa mengambil langkah proaktif dengan melibatkan seluruh stakeholder, termasuk karyawan dalam prosesnya,” ujarnya.

Dampak technostress

Jika mengalami technostress, karyawan cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan burnout, karena mereka harus mempelajari teknologi baru dari awal. Technostress juga dapat menyebabkan frustasi, terutama jika sistem sering mengalami error. Selain itu bisa menghambat komunikasi interna, karena ada gap informasi antar karyawan.

Ketika karyawan terbebas dari stres yang diakibatkan oleh teknologi, pekerjaan bisa lebih terbantu dan karyawan bisa lebih fokus untuk mengerjakan hal-hal strategis. Hal ini dapat meningkatkan moral dan motivasi karyawan, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Dengan mengatasi technostress akan membuat karyawan kembali fokus pada pekerjaan dan meningkatkan kualitas hasil kerja. Karyawan yang fokus dan konsentrasi tinggi akan lebih jarang membuat kesalahan dan menghasilkan pekerjaan yang akurat.

Mencegah technostress di kantor

Perusahaan dapat melakukan beberapa hal berikut untuk mencegah fenomena technostress:

Pertama, libatkan karyawan dalam proses implementasi teknologi baru. Lakukan survei atau diskusi kelompok untuk memahami kebutuhan, kekhawatiran dan ekspektasi mereka. Pertimbangkan umpan balik tersebut untuk mencegah terjadinya permasalahan akibat technostress.

Kedua, implementasikan teknologi baru secara bertahap. Hindari perubahan drastis yang dapat membebani karyawan. Berikan waktu yang cukup bagi mereka untuk beradaptasi dan terbiasa dengan sistem baru.

Ketiga, pilih teknologi yang mudah digunakan dan dipahami. Pastikan penyedia teknologi yang dipilih bisa membuat panduan pelatihan dan dokumentasi dengan jelas dan ringkas. Kedua pihak harus melakukan uji coba dan mencatat setiap detil kekurangan saat implementasi. Pihak penyedia teknologi harus mampu memperbarui sistem berdasarkan masukan dari calon penggunanya.

Lusiana percaya bahwa kebahagiaan karyawan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan bisnis. Karena itu, pihaknya berkomitmen untuk menyediakan solusi teknologi yang mudah digunakan dan program pelatihan komprehensif untuk membantu karyawan dalam beradaptasi dengan teknologi baru.

“Kami yakin dengan teknologi yang tepat dan dukungan yang memadai, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang bahagia dan produktif bagi semua karyawan," ujarnya.

Foto: istimewa


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER