ITS Kukuhkan Guru Besar; Kembangkan Senyawa Anti-Kanker
Prof Dr Fahimah Martak Msi, dosen Departemen Kimia Fakultas Ilmu Alam
Surabaya, Kabarindo- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya telah mengukuhkan Prof Dr Fahimah Martak MSi sebagai guru besar di bidang kimia murni.
Dosen Departemen Kimia Fakultas Ilmu Alam (FIA) ini memberikan orasi ilmiah berjudul Senyawa Kompleks: Aplikasi pada Material Magnetik dan Senyawa Antikanker. Ia melakukan penelitian yang mengembangkan senyawa kompleks sebagai lapisan material magnetik dan zat anti-kanker. Hasil penelitian ini memberikan harapan baru bagi para penyandang kanker di Indonesia dan membuatnya dikukuhkan sebagai profesor.
“Senyawa kompleks ini akan berguna di bidang industri dan farmasi,” ujar Fahimah.
Ia menjelaskan, senyawa kompleks adalah senyawa kimia yang terbentuk antara senyawa ligan dan ion logam. Senyawa kompleks dengan ligan senyawa N-(alilkarbamotioil) benzamida dimodifikasi strukturnya dengan menambahkan 12 macam substituen berbeda pada senyawa benzena. Perbedaan substituen ini mengaktifkan senyawa kompleks sebagai zat anti-kanker.
“Dalam memodifikasi, dilakukan penambahan masing-masing substituen tersebut berdasarkan sifat lipofilik, elektronik dan sterik senyawa ligannya,” ujar dosen kelahiran Surabaya, 3 Juli 1966 ini.
Menurut Fahimah, penelitiannya mengenai senyawa kompleks ini masih berlanjut dengan menggunakan ligan yang berbeda yaitu 4,5 difenil-1H-imidazol. Ligan tersebut dimodifikasi strukturnya dengan menambahkan substituen gugus kloro dan nitro.
“Kompleks dengan ligan 2(4-klorofenil),4,5-difenil-1H-imidazol memiliki peranan aktif untuk membunuh sel kanker jenis cellines Humans Colorectal (HCT 116),” ujarnya.
Selain ligan, ion logam juga berperan penting dalam pembentukan senyawa kompleks yang ditelitinya. Dari hasil penelitannya, ion logam koblat ternyata lebih berpotensi untuk membunuh sel-sel kanker. Dari ion logam kobalt tersebut dihasilkan kompleks Co(II)/Zn(II)-pyridin(2,6-dikarboksilat) yang memiliki toksisitas rendah yaitu 83,71 g/mL. Senyawa kompleks yang memiliki toksisitas yang rendah dari 100 mg/L berpotensi aktif sebagai senyawa anti-kanker.
Senyawa anti-kanker ini juga sudah ia kembangkan bersama tim dari fakultas farmasi Universitas Airlangga (Unair). “Kimiawan tidak pernah bekerja sendirian tetapi bekerja sama dengan ahli-ahli untuk bidang yang terkait, misal teknik elektro dan ilmu farmasi,” katanya.
Pada hasil keduanya, ia mengubah senyawa kompleks menjadi material cerdas. Dari sifat material tersebut dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alat sensor dan memori komputer.
“Biasanya jika komputer normal tiba-tiba mati saat penggunaan, maka data yang tersimpan akan hilang. Sedangkan dengan senyawa kompleks yang diterapkan dalam sistem memori, dapat menyimpan data secara otomatis lebih lama, walau komputer dalam keadaan mati mendadak,” terang ibu satu anak ini.
Penulis: Natalia Trijaji