KABARINDO, JAKARTA -- Alwi Farhan menjadi perbincangan usai keluar sebagai juara dunia junior 2023 di Amerika Serikat. Pencapaian itu begitu membanggakan karena ia sukses mencetak sejarah menjadi tunggal putra pertama Indonesia yang menjadi juara dunia di level junior.
Kala itu, Alwi tampil sebagai juara dunia usai mengalahkan wakil China, Hu Zhe An, dalam pertarungan tiga gim yang menegangkan 21-19, 19-21, dan 21-15. Kemenangan itu pun langsung disambut dengan selebrasi joget di lapangan.
Selama perjalanannya di Kejuaraan Dunia Junior atau World Junior Championships (WJC), Alwi dikenal sebagai pemain yang cukup khas. Mulai dari berdoa di pinggir lapangan sebelum memulai laga hingga sifat tengilnya yang kerap menarik perhatian.
Untuk aksi tengilnya ini, sejak nomor beregu dimainkan, Alwi kerap menunjukkannya saat tengah bertanding. Pemain berusia 18 tahun itu pun tak menyangkal soal sifat tengilnya di lapangan.
"Soal tengil, dari pelatih mau gimana pun terserah, cuma sebisa mungkin lebih fokus ke permainan. Kadang saya tengil itu bukan untuk saya provokasi lawan, saya cuma mau melepaskan tegang saya," kata Alwi.
"Main tengil gitu enggak ada maksud apa-apa, ngapain juga saya. Maksudnya ya itu pure untuk diri saya biar enggak tegang gitu loh," imbuhnya.
"Tapi di final instruksi dari pelatih meminta saya tahan dulu, lepasinnya nanti di akhir. Makanya waktu menang pun saya ada teriak karena rasanya lepas banget. Apa yang sudah saya korbanin dalam latihan terbayar di lapangan," lanjut pemain kelahiran Solo itu.
Namun di balik keberhasilannya meraih medali emas di WJC, Alwi memiliki momen berat selama mengikuti kejuaraan tersebut. Ia melakukan komitmen besar dengan tidak bermain media sosial sejak nomor individu dimainkan.
"Saat juara di WJC itu saya enggak mau main sosial media. Jadi setelah beregu selesai, lalu pas individu saya lepas sosial media. Saya tidak mau terlalu fokus untuk mencari pembenaran orang atau hal yang di luar kontrol saya. Walaupun kadang saya dipuji, tapi pujian bisa bikin terlena juga," jelas Alwi
Tidak bermain media sosial pun tidak lepas dari arahan pelatihnya di kelas utama yakni Irwansyah atau akrab disapa bang Aboy. Meski sempat colong-colongan, tapi ia bisa merasakan manfaat besar dengan tidak bermain di media sosial selama turnamen berlangsung.
"Ya itu saran juga dari bang Aboy, mungkin awalnya saya enggak pernah kayak gitu. Disuruh gitu agak kaget juga kan. Awalnya siap siap saja gitu 'siap bang' ya sudah saya coba," terang Alwi.
"Saya coba ternyata rasanya enak gitu, walaupun kadang-kadang saya masih login juga. Tapi saya cuma ingin lihat waktu saya main gimana, ada yang mention gitu kan. Namanya juga saya anak kecil masih junior," katanya lagi.
"Tapi ya habis itu dengan berjalannya waktu saya lebih paham menyikapi situasi itu. Rasanya memang berat. Cuma kan ini turnamen besar mau enggak mau kan saya harus bisa menahannya," tutur pemain didikan klub Mansion Exist tersebut.
Pengorbanan Alwi akhirnya membuahkan hasil dengan gelar juara dunia junior tersebut. Tidak hanya soal latihan ekstra keras di lapangan, tetapi juga menjaga mentalnya dengan tidak bermain sosial media, patut diacungi jempol.
Terlebih, beban besar memang ada di pundak Alwi dengan statusnya sebagai pemain dari skuad utama Pelatnas PBSI meski usianya masih junior. Menjadi bagian dari tim bersama Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, memberi kemampuan lebih bagi pemain yang pernah menggeluti dunia sepakbola itu.
Meski begitu, Alwi tidak mau memberi beban terlalu besar dengan status skuad utama tersebut. Sebab, belajar dari WJC edisi 2022, ia memasang target tinggi menjadi juara tapi hasilnya malah langsung gugur di babak kedua.
"Belajar dari WJC sebelumnya di 2022 saya terlalu tinggi menargetkan diri saya sendiri. Saya pun jujur waktu mau main untuk WJC 2023, intensitas latihannya enggak diturunkan," terang Alwi.
"Jadi kalau juara saya anggap bonus aja karena pelatih targetnya di senior. Tapi ya saya siap, makanya pressure ke diri sendiri tidak terlalu banyak. Saya merasa dapat dukungan yang sangat besar dari orang-orang sekeliling saya maupun dari tim, ofisial, dan manajer tim," katanya.
"Para senior pun setiap mau main selalu memberi motivasi dan wejangan buat main di turnamen besar itu kayak gimana. Jadinya memang saya istilahnya paham lah buat menerima situasi itu," pungkas Alwi.