Jakarta, Kabarindo- Apakah Anda tahu ? Lamun adalah makanan utamanya Duyung.
Lalu, apa hubungannya sama kita? Kenapa kita harus peduli dan dukung konservasi Duyung dan Lamun?” tanya Arifin Putra, aktor sekaligus Duta Duyung dan Lamun Indonesia dalam acara Sarasehan Konservasi Duyung di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Ancol, Jakarta.
Sarasehan Konservasi Duyung dilaksanakan oleh Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP) Indonesia pada 19 April lalu dengan dukungan dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) sebagai tuan rumah. Di dalam acara ini, peserta diajak untuk mengenal Duyung dan Lamun, serta upaya konservasinya melalui film dan penggunaan teknologi kamera pada drone atau survei udara (aerial survey). Nurul Dhewani, peneliti dari P2O LIPI, juga berkesempatan mengajak peserta untuk melihat spesimen asli bayi Duyung milik LIPI.
“Ada yang aku pelajari tentang hubungan yang sangat erat antara Duyung dan Lamun. Ibaratnya bunga dan lebah, kalau tidak ada lebah yang mencari makan, bunga akan mati. Duyung sama seperti lebah, makanan utamanya adalah Lamun. Setiap mereka makan, Duyung juga membantu Lamun untuk berkembang biak lebih baik lagi. Kalau tidak ada Duyung, Lamun juga akan mati,” jawab Arifin saat ditanya oleh pemandu acara setelah diputarnya film pendek yang bercerita tentang perjalanan dirinya mengunjungi kawasan konservasi perairan yang menjadi habitat populasi duyung di Alor, Nusa Tenggara Timur. Arifin juga mengajak peserta untuk ikut berpartisipasi dalam konservasi Duyung dan Lamun dengan cara mengikuti panduan berinteraksi dengan Duyung ketika berwisata, mengurangi penggunaan plastik dengan memakai tas belanja yang bisa dipakai berulang, menolak sedotan plastik, serta melaporkan Duyung yang terlihat di perairan sekitar kita.
Selain Arifin, Syauqi “Bimbo” Tuasikal dan Mohamad Chafiz dari tim produksi juga menceritakan pengalaman mereka saat melakukan proses produksi dengan berbagai tantangan, mulai dari situasi alam yang berubah jauh dari survei awal hingga teknik merekam aktivitas Duyung secara langsung. Salah satu momen yang menarik adalah ketika mereka memutuskan untuk menggunakan selfie stick saat mengambil gambar Duyung di bawah permukaan air laut karena menuruti peraturan lokal bahwa pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang dalam jarak dekat dengan Duyung.
“Kondisinya kalau shooting di daerah seperti itu, kita saling membantu dengan tim, karena dalam kondisi seperti apapun kita harus bisa melewati itu semua untuk menghasilkan sebuah karya yang baik,” kata Chafiz.
Juraij, peneliti Duyung dan praktisi survei udara juga ikut berbagi ilmu mengenai pemanfaatan kamera drone untuk meneliti Duyung. Survei udara dengan kamera drone biasa dilakukan untuk pemetaan wilayah dan melihat kondisi suatu wilayah dari perspektif yang berbeda. Hal ini mendorong keingintahuan Juraij untuk memanfaatkan kamera drone dalam upaya konservasi Duyung.
“Pengamatan Duyung di alam cukup sulit dilakukan. Duyung adalah binatang liar dan pemalu. Duyung muncul sangat cepat dan mereka hanya memunculkan ujung hidungnya saja untuk bernapas atau ekornya saja ketika akan menyelam lebih dalam. Pemanfaatan drone membuat saya tahu ukuran Duyung, bagaimana ketika dia makan, dia juga bisa berinteraksi dengan satwa lain seperti penyu, dan bisa terlihat jelas seberapa banyak individu Duyung yang ada di daerah tersebut,” kata Juraij. Laki-laki yang juga adalah anggota dari Yayasan Lamun Indonesia (LAMINA) ini juga menjelaskan berbagai teknik yang bisa dilakukan untuk mengamati Duyung dan tantangannya, seperti kondisi cuaca yang buruk hingga sulitnya membedakan Duyung dan Pesut.
Sarasehan Konservasi Duyung diakhiri dengan pengumuman kompetisi menulis artikel bertemakan “Padang Lamun: Rumah Mereka, Untuk Kita” di dalam blog pribadi. Kompetisi ini diadakan oleh DSCP Indonesia mulai tanggal 20 April sampai 31 Mei 2018 dengan hadiah voucher belanja senilai total sepuluh juta rupiah. Baik Sarasehan dan kompetisi menulis diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadartahuan masyarakat mengenai pentingnya melindungi Duyung dan Lamun serta menggerakan mereka untuk mulai ikut serta dalam berbagai upaya konservasinya seperti dinukil dari laman wwf.or.id
Cek bit.ly/bloglamun untuk info lebih lengkapnya ya!