Pakar politik Ikrar Nusa Bhakti mengaku menangis saat menulis sebuah tulisan opini yang diberi judul "Kuasa Memanggul Lupa" di Harian Kompas. Sebab, ia tidak menyangka Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat berubah dari yang telah dikenalnya selama ini.
Ikrar mengatakan, ia sudah mendukung Jokowi saat ayah Gibran Rakabuming Raka tersebut masih menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.
Kemudian, kok bisa berubah 180 derajat dari yang seorang tadinya 'Jokowi adalah kita' itu menjadi seorang yang seperti 'raja Jawa kecil' yang ingin membangun lewat dinasti," katanya lagi.
Menurut Ikrar, apa yang terjadi kepada Jokowi itu sulit dipercaya. Oleh karena itu, ia pun menuangkan pikirannya melalui tulisan berjudul "Kuasa Memanggul Lupa".
Ikrar lantas mengatakan, kritik yang paling baik adalah kritikan yang berasal dari teman sendiri.
Sebab, menurutnya, kritikan itu pasti sifatnya membangun, bukan untuk menjatuhkan.
Anda jangan lupa. Kritik yang paling baik itu adalah dari pendukung atau teman. Karena kritikan itu akan membangun, bukan untuk menjatuhkan. Saya juga seorang Muslim. Dan dalam Islam itu ada istilahnya Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Mengajak kebenaran dan menghindari suatu yang buruk. Sebenarnya intinya itu," ujar Ikrar.
"Dan Anda tahu, persoalan 'Kuasa Memanggul Lupa' itu bukan cuma ajaran Jawa kuno. Tapi ajaran di dalam politik barat pun mengajarkan seperti itu," katanya lagi.
Ikrar kemudian mengutip pernyataan Abraham Lincoln yang berisi, "kalau anda mau menguji orang, berilah dia kekuasaan."
Ikrar menjelaskan bahwa seseorang bisa lupa dengan segalanya jika sudah berkuasa.
"Lupa tentang dirinya sendiri, lupa akan sumpah yang dia ucapkan, lupa kepada teman, lupa darimana dia berasal," ujar Ikrar.
Kemudian, Ikrar menyebut kalimat yang kerap para pendukung Jokowi yang berasal dari Jawa kerap sebutkan, yakni sangkan paraning dumadi.
Menurutnya, Bahasa Jawa itu jika diartikan ke Bahasa Arab, kurang lebih bermakna seperti Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun.
"Tapi juga bisa juga mengatakan anda itu berasal dari mana, dan nantinya akan pergi ke mana. Itu termasuk dalam artian politik ya. Jadi itu yang kenapa saya tulis seperti itu," kata Ikrar.