2 Jam bilhikmah bersama Habib moderat dan humanis
KABARINDO, Istiqlal, Jakarta- Habib Ali al-Jufri mempunyai penampilan fisik yang menonjol: tampan, berkulit putih, tinggi, besar, berjenggot tebal dan rapi tanpa kumis, sehingga kehadirannya di suatu majelis sering menyita perhatian orang.
Redaksi pun takjub hanya berjarak 2M saja berhadap-hadapan menjadi momen indah tak terlupakan, hadir sebagai undangan dari WowSaveID tentu saja menjadi rejeki sekaligus berkah dari kak Andy Hadi sebagai petinggi fakultas di Kampus UNJ Jakarta menfasilitasi bersama institusi Masjid Istiqlal yang mencetak ulama-ulama muda dari S2 sampai doktoral.
Habibana dari berbagai sumber literasi termasuk wikipedia punya kelebihan bukan hanya itu, jika berbicara di forum, orang akan dibuat kagum dengan penguasaannya dalam ilmu Agama cukup luas dan mendalam serta kaitannya dengan masalah-masalah kontekstual pada era modern. Intonasi suaranya membuat orang tak ingin berhenti mengikuti pembicaraannya.
Pada saat tertentu, suara dan ungkapan-ungkapannya menyejukkan hati pendengarnya. Tapi di saat yang lain, suaranya meninggi, menggelegar, bergetar, membuat mereka tertunduk, lalu mengoreksi diri sendiri.
"Saya senang dan bangga bisa hadir kembali di Jakarta Indonesia dengan mengusung Moderasi Keberagamaan Rahmatan Lil Alamin bersama semua peserta seminar di Istiqlal ini, " sapa Habib Ali Al - Jufri yang langsung diterjemahkan oleh Habib Novel BinJindan kemarin siang, Rabu (24/8).
Materi yang dibawakan bukan hanya mengandalkan retorika semata, melainkan penuh dengan pemahaman-pemahaman baru, sarat dengan informasi penting, dan ditopang argumentasi-argumentasi yang kukuh. Wajar ceramahnya mampu menyentuh kalbu dan membuat audiense seperti memperoleh tambahan ilmu dan wawasan baru, juga semangat dan tekad baru untuk mengoreksi diri sendiri dan membuat 'perubahan'.
Ikut hadir juga TGB Kiai M.Zainul Majdi, Ex Menlu Alwi Shihab dan 100an UNDG dari berbagai instansi dan WowSaveIndonesia.
"Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara,” lanjutnya.
Sayyid Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri dilahirkan di kota Jeddah, Arab Saudi tepat sebelum fajar pada hari Jum'at, 16 April 1971 bertepatan 20 Safar 1391 H, dari orang tua yang masih keturunan Imam Hussein bin Ali ra.
Tamoak hadir Yenny Wahid PBNU, Penggagas Mizan Haedar Bagir, Abdillah Toha dan sejumlah habaib dr Yaman dan ibukota.
"Saya menyukai figur habib Ali yang moderat, humanis dan selalu usung konsep moderasi keberagamaan termasuk Mizan sudah menterjemahkan karyanya kedalam bahasa Indonesia, "Kemanusiaan Sebelum Keberagaman". Masih membolehkan mengucapkan Selamat Natal kepada kaum nasrani," ucap politisi senior dan pengagas Mizan, Abdillah Toha.
Redaksi mensitir, "Bagaimana bisa agama menjadi penyebabnya, padahal tujuan utama beragama adalah menyatukan umat manusia, membebaskan pikiran dan untuk menyelamatkan jiwa dari jurang nafsu mereka?
Anda bisa mendapatinya di hal 314 dalam buku terbaru berjudul Kemanusiaan Sebelum Keberagaman.
Habib Ali sedang Rihlah Dakwah dan akan kembali lagi karena banyak muridnya yang fasih berbahasa Indonesia.