Sinematek Meeting Room, Jakarta, Kabarindo- Tak terasa sudah 68 tahun sejak Hari Film Nasional dirayakan tiap 30 Maret.
Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail gelar peringatan Hari Film Nasional ke 68, Sabtu, 31 Maret 2018 pkl 12.00 WIB - selesai mendatang dikarenakan pas hari H itu Jumat Agung libur. Dari undangan yang diterima redaksi akan digelar penyerahan hadiah lomba Infografis Usmar Ismail dilanjutkan dengan pemutaran Film Box Office (Susah Sinyal, Dilan 1990, Pengabdi Setan).
Sementara itu WAG Demi Film Indonesia disingkat DFI yang digagas oleh para sineas, filmaker, filmcritic, publisis dan produser sejak Agustus 2013 lalu menggelar Focus Group Discussion, kemarin Selasa (27/3) di Sinematek bersamaan dengan paripurna Badan Perfilman Indonesia-BPI.
"Lokal konten seperti Yo Wis Ben sudah mendekati 1juta penonton menjanjikan konten kearifan lokal dengan berbahasa daerah termasuk Uang Panai dari Makassar dan menyusul Halo Makassar sehingga semua patut diperhitungkan, " jelas Boy Buyung sebagai senior jurnalis Kompas memulai diskusi yang bangga ke-Indonesiaan di film tersebut.
Surya Films yang dihadiri oleh Ramesh sebagai owner bersama anaknya Amar juga persiapkan 3 film yang sedang menanti jadwal tayang dari ekhibitors. Mulai dari komedi, horror Perias Jenazah sampai film yang berjudul AIB; Cyber Bully.
Zairin yang saat ini sebagai Creative Consultant MD Pictures mengakui kesulitan tanggal tayang dikarenakan keterbatasan layar yang hanya berkisar 1.500 saja.
"Produser dan filmaker tidak perlu risau karena kalau berkualitas pasti dapat tanggal tayang tersebut yang tentu harus mengantri. Promosi itu penting karena film laiknya produk komersil harus dipromosikan sehingga saya cenderung memilih pemain yang punya basis followers jutaan itu menjanjikan dengan konsep Word of Mouth (WOM) jadi orang merekomen film bagus ke yang lain dan terus bergulir. Saya punya Alangkah Lucunya Negeriku sudah dapat untung 1M dari sponsor jadi film itu harus bisa diperdagangkan sehingga tidak melulu berharap pada jumlah penonton saja," paparnya lugas.
Adi Surya Abdy selaku pimpinan Sinematek yang juga sutradara dan produser meminta kepada PH agar bisa menitipkan DCPnya agar ada pengarsipan, "5-8 tahun era DCP ini Sinematek luput mengarsipkan film yang berkualitas 4K atau HD sehingga diharapkan PH dan filmaker bisa mengirimkan film-filmnya untuk bisa diarsipkan walau hanya flashdisk juga ok," serunya sumringah.
Hadir juga Fuad ADXI PH untuk film Down Swan, kisah anak Down Sindrome yang selalu semangat berkarya bersama penulis skenario Dyah, Endik dan sutradara muda Sahrul Gibran yang sedang mempersiapkan film komedi barunya.
Lain halnya , Asma Nadia yang sedang berjibaku dengan novel barunya masih sempat menulis di WAG Demi Film Indonesia sambut Hari Film Nasional,"Ayo kita tidak saling menghina atau merendahkan karya sesama pejuang film Indonesia. Mari mengajak orang nonton film Indonesia sdh susah, tidak perlu ikut-ikutan menjelekkan di ruang publik. Ini biar jatah para kritikus film ajaah yang berjuangnya memang untuk meningkatkan kualitas film Indonesia," tulisnya lugas.
Hadir juga wartawan senior Ipik Tanoyo bersama dengan Yan Widjaja yang mengingatkan bahwa tiap Kamis sudah ada 3-4 judul film nasional dan berharap ada penambahan layar hingga 2ribuan sampai akhir tahun 2018.
Semua sepakat negara harus hadir men-PRing film nasional, layar film nasional ditambah dengan kesediaan Pemkot dan Pemda membuat bioskop menengah dengan HTM yang terjangkau sembari menanti 3Permen penyerta UU Perfilman yang 'konon' sudah ditandatangani tapi belum tersosialisasi dengan baik sambut Hari Film Nasional, Jumat 30 Maret mendatang.
Anda sudah nonton apa hari ini ?