KABARINDO, HANOI – Pemerintah Vietnam sejauh ini telah memusnahkan hingga 230.000 babi, tiga kali lipat jumlah babi yang dimusnahkan tahun lalu setelah wabah Demam Babi Afrika menyebar luas lagi di negara itu dan merugikan industri pertanian lokal.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa wabah tahun ini telah menyebar ke 2.275 daerah, di 57 dari 63 kota dan provinsi di negara itu. Menurut pemerintah setempat, "Wabah ini berkembang dengan cara yang rumit dan dapat menyebar dalam skala besar."
Demam pada babi yang berasal dari Afrika itu menyebar ke Eropa dan Asia, dan telah membunuh ratusan juta babi. Meskipun penyakit ini tidak berbahaya bagi manusia tetapi sering berakibat fatal bagi babi.
Kasus demam babi Afrika pertama di Vietnam dilaporkan pada Februari 2019, yang berujung pada pemusnahan sekitar 20 persen kawanan babinya dan kenaikan harga daging babi domestik hingga dua kali lipat pada awal tahun lalu. Wabah mereda selama sisa tahun lalu dan awal tahun ini, memungkinkan negara itu untuk membangun kembali kawanan babinya.
Laman resmi perusahaan farmasi Boehringer Ingelheim menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada pengobatan atau vaksin yang efektif untuk Demam Babi Afrika. Wabah ini telah terbukti sulit untuk dikendalikan penularannya. Karena itu, seringkali, pembatasan pergerakan dan depopulasi kawanan merupakan tindakan pengendalian yang diperlukan karena cepat dan mudahnya virus itu menyebar.