Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Iptek > Dari Tradisi ke Standar Industri Obat Herbal Global, Jahe Merah Miliki Banyak Khasiat

Dari Tradisi ke Standar Industri Obat Herbal Global, Jahe Merah Miliki Banyak Khasiat

Iptek | 4 jam yang lalu
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Dari Tradisi ke Standar Industri Obat Herbal Global, Jahe Merah Miliki Banyak Khasiat

Dari Tradisi ke Standar Industri Obat Herbal Global, Jahe Merah Miliki Banyak Khasiat

Anti-inflamasi, antioksidan, antiemetic, antibakteri dan antidiabetes

KABARINDO, SURABAYA - Indonesia dipandang memiliki potensi besar dalam bidang pengobatan alami. Dengan pengetahuan lokal turun temurun yang disempurnakan melalui penelitian ilmiah serta pembentukan ekosistem yang memadai, Indonesia bisa jadi pemain kunci dalam pengembangan obat herbal modern di dunia. Hal ini bisa dimulai dari memaksimalkan salah satu herbal asli Indonesia yaitu jahe merah.

dr. Inggrid Tania, Ketua Perkumpulan Dokter Pengembangan Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), mengatakan ribuan tumbuhan sudah dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal sejak zaman nenek moyang kita.

“Di Indonesia, kita sudah punya farmakope herbal untuk standarisasi produk herbal. Ini menunjukkan kita memiliki pengetahuan mendalam terkait proses dan khasiat berbagai tumbuhan untuk pengobatan dan kesehatan. Salah satunya jahe merah yang banyak jadi pilihan orang, apalagi ketika pandemi COVID-19 lalu,” ujarnya.

Jahe merah memang salah satu herbal asli Indonesia yang sudah dimanfaatkan sejak lama. Tanaman rimpang berwarna merah gelap ini sudah jadi pengobatan tradisional oleh berbagai masyarakat adat, seperti suku Jawa, Tolitoli, Banjar, Madura, Batak, Dayak, Bugis dan Sunda untuk kekebalan dan vitalitas tubuh. Siapa sangka kini penelitian modern ternyata membenarkan pengetahuan lokal ini

Dengan kandungan gingerol, shogaol dan zingerone yang tinggi, jahe merah bersifat anti-inflamasi, antioksidan, antiemetik (mengurangi rasa mual), antibakteri dan antidiabetes. Tidak heran jika jahe merah sering dimanfaatkan untuk meredakan mual, karena masuk angin dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sebuah penelitian “Phytotherapy Research” menunjukkan jahe merah memiliki potensi dalam mengurangi gejala arthritis karena sifat anti-inflamasinya. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology menemukan bahwa ekstrak jahe merah memiliki efek antidiabetes dan dapat membantu mengontrol kadar gula darah.

Tantangan industri herbal jahe merah lokal dan global

Pasar obat herbal Indonesia pun berkembang, mulai dari usaha kecil hingga industri skala besar. Standarisasi obat herbal di Indonesia diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) untuk memproduksi obat herbal yang sesuai dengan standar nasional. Berbagai pengujian dilakukan untuk memastikan kualitas, keamanan dan manfaat bagi konsumen.

dr. Inggrid menjelaskan tiga aspek yang harus dipenuhi. Peertama otentisitas, bahwa produk asli benar, misalnya memang pakai jenis jahe merah dan bukan jenis lain. Kedua, emurnian, yang berarti tidak terkontaminasi logam berat, mikroba dan sebagainya. Ketiga, mutu untuk menentukan taraf kualitas kandungan zat aktif dalam bahan.

“Ekosistem obat herbal dari hulu sampai hilir diperlukan, agar produk bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari sisi keamanan, kualitas dan khasiat,” ujarnya.

Ekosistem obat herbal yang terintegrasi dimulai dari kebun dengan perbenihan, budidaya bersama petani binaan, berlanjut ke proses pascapanen, ekstraksi, destilasi, hingga riset dan produk sampai ke tangan konsumen. Dengan adanya ekosistem obat herbal yang berjalan dari hulu hingga ke hilir, sumber bahan-bahan alami yang digunakan bisa dipastikan kualitasnya sehingga mendukung traceability dan keberlanjutan (sustainability) bisnis yang selaras dengan alam.

Hal inilah yang menjadi tantangan dalam industri obat herbal dalam negeri. “Mayoritas industri obat herbal di Indonesia belum memiliki ekosistem. Kita jadi tidak bisa trace sumber bahan baku dari mana, ditanam di manadan apakah ada potensi pencemaran. Permasalahan ini yang perlu kita perbaiki bersama dengan pelaku usaha, pemerintah dan organisasi untuk memastikan standarisasi untuk daya saing global.” jelas dr. Inggrid.

Pembentukan standarisasi global ini menjadi fokus utama WHO-IRCH (International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines) dengan membentuk farmakope dari berbagai negara, termasuk Indonesia, menjadi farmakope internasional acuan dunia dalam memproduksi produk herbal. Dengan standarisasi dan jaringan internasional yang kuat melalui Traditional Medicine Strategy, negara-negara bisa mengenalkan produk herbalnya secara global.

Keanekaragaman hayati yang melimpah, pengetahuan lokal yang mendarah daging dan kemajuan sains di Indonesia menandakan Indonesia sudah siap untuk jadi pusat pengembangan obat herbal dunia.

Foto: ilustrasi - istimewa


RELATED POST


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER