KABARINDO, PARIS – Sebuah bendera raksasa Uni Eropa (UE) yang dipajang di Arc de Triomphe di Paris untuk menandai dimulainya kepemimpinan Prancis di blok itu selama enam bulan ke depan telah dicopot setelah dikritik oleh politisi sayap kanan, Sabtu (1/1)
Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen lewat cuitan di Twitter menyatakan "mengganti" bendera Prancis di monumen itu merupakan serangan terhadap identitas negara.
Le Pen, yang merupakan kandidat dalam pemilihan presiden pada bulan April, telah berjanji untuk mengajukan pengaduan ke Dewan Negara, pengadilan tertinggi Prancis untuk masalah administrasi.
Dia menggambarkan penghapusan bendera Uni Eropa sebagai kemenangan yang dihasilkan dari tekanan pada pemerintah.
Kandidat independen sayap kanan Eric Zemmour, yang juga mencalonkan diri melawan Presiden Emmanuel Macron, menyebutnya sebagai "kemarahan".
Namun Menteri Urusan Eropa Clément Beaune membantah pemerintah telah tunduk pada tekanan dari sayap kanan dan mengatakan bendera telah diturunkan sesuai rencana.
"{Memang sudah] Dijadwalkan bahwa bendera itu akan diturunkan Minggu ini. Kami [hanya] belum menentukan waktu yang tepat," katanya kepada radio France Inter.
Beaune menambahkan bahwa bendera Prancis yang terkadang dikibarkan di Arc de Triomphe juga bukanlah perlengkapan permanen di sana.
Fokus Prancis di UE
Presiden Emmanuel Macron menguraikan prioritas kepresidenan UE Prancis berdasarkan tiga prinsip: memperkuat kedaulatan Eropa, mengembangkan model pertumbuhan baru, dan menciptakan Eropa yang lebih dekat dengan warganya.
Tujuan khusus termasuk perlindungan perbatasan yang lebih baik dan manajemen migrasi, peningkatan keamanan, inovasi teknologi, dan membela supremasi hukum, tambahnya.
Landmark lain di ibu kota dan kota-kota Prancis lainnya akan menyala biru selama sisa minggu ini untuk menyoroti kepresidenan Prancis di UE. ***(Sumber dan Foto: BBC, Reuters)