Pura Agung Besakih Jadi Tuan Rumah, Bakti Indonesia Serukan Persatuan Lewat Spirit Kemanusiaan dan Lintas Iman
KABARINDO, BALI – Di bawah kaki Gunung Agung yang megah, di antara aroma dupa dan alunan gamelan, ribuan masyarakat berkumpul di Pura Agung Besakih untuk merayakan hari kemerdekaan dengan cara yang berbeda: melalui doa, pelayanan kesehatan, bazar UMKM, dan aksi kemanusiaan. Inilah wajah baru nasionalisme yang dibawa oleh Bakti Indonesia 2025, edisi ketiga dari rangkaian kegiatan yang menjadikan rumah ibadah sebagai titik temu keberagaman Indonesia.
Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, dalam sambutannya melalui video menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Saya mengapresiasi Bakti Indonesia, yang menjadikan rumah ibadah agama sebagai wadah perekat keberagaman Indonesia.”
Pesan serupa juga datang dari berbagai tokoh bangsa, mulai dari Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Menteri Dalam Negeri Komjen Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D., hingga Ketua Dewan Ekonomi Nasional Jenderal (Purn.) Luhut Binsar Panjaitan, M.P.A.. Mereka hadir melalui pesan video maupun banner apresiasi di sekitar area Pura Agung Besakih, memperkuat makna kegiatan ini sebagai manifestasi nyata semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Tak ketinggalan, apresiasi juga disampaikan oleh Pangdam Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, hingga Utusan Khusus Presiden untuk Generasi Muda dan Seni, Raffi Ahmad.
Rumah Ibadah, Rumah Bersama
Berbeda dari perayaan kemerdekaan pada umumnya, Bakti Indonesia tidak digelar di alun-alun atau gedung pemerintahan. Sebaliknya, sejak 2023, inisiatif ini menyasar rumah-rumah ibadah lintas agama sebagai simbol pemersatu:
- 2023: Masjid Istiqlal, Jakarta
- 2024: Gereja Katedral, Jakarta
- 2025: Pura Agung Besakih, Bali
Penggagas Bakti Indonesia, Dra. Hj. Mulia Jayaputri, MPA, Psikolog, menjelaskan esensi dari gerakan ini:
“Kami ingin mensinergikan semangat nasionalisme dalam merayakan kemerdekaan, dengan upaya merawat kebhinnekaan, sekaligus menghidupkan semangat berbagi melalui kegiatan amal.”
Tiga Hari yang Menyatukan: Kesehatan, Sosial, dan Nasionalisme
Selama tiga hari, dari 22 hingga 24 Agustus 2025, Bakti Indonesia di Pura Agung Besakih mengalirkan energi kemanusiaan melalui beragam kegiatan sosial dan edukatif:
- Donor darah bersama Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Bali
- Konsultasi psikologi oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dan Universitas Jayabaya
- Pemeriksaan mata oleh RS Mata Bali Mandara
- Perawatan gigi oleh CS Dental Aesthetic Clinic
- Deteksi dini kanker payudara bersama Yayasan Kanker Indonesia Bali
- Pemeriksaan jantung dan EKG oleh RS Ngoerah
- Penyuluhan kesehatan dari berbagai dokter dan pakar
- Bazar UMKM, menampilkan produk pengrajin lokal
Yang menarik, tahun ini ditambahkan sesi talk show nasionalisme dengan pembicara Inaya Wahid dan Okky Asokawati, dimoderatori oleh Dian Rahmawaty. Selain itu, bincang sehat bersama Prodia serta sesi penutup dari RS Ngoerah yang mengangkat tema Prana dan Geriatri, memperkaya dimensi edukatif acara ini.
Dari Lereng Gunung Agung ke Pelosok Nusantara
Ketua Panitia Bakti Indonesia 2025, Iman Usmansjah, menegaskan komitmen gerakan ini untuk terus melangkah:
“Bakti Indonesia bertekad untuk menjangkau 38 provinsi. Tahun depan, kami akan hadir di Kelenteng Sam Poo Kong, Semarang. Lalu pada 2027, kami akan menulis sejarah di Candi Borobudur.”
Kegiatan ini bukan sekadar pelayanan kesehatan, tetapi menjadi ruang perjumpaan antarmanusia. Seorang petani dari Karangasem, misalnya, tidak hanya memeriksakan jantung, tetapi juga belajar merangkul perbedaan dalam semangat kebangsaan yang utuh.
Doa Panjang untuk Negeri: Indonesia untuk Semua
Hari pertama kegiatan ditandai dengan antusiasme tinggi masyarakat mengikuti donor darah dan pemeriksaan laboratorium. Acara ditutup dengan health talk dari Laboratorium Prodia, menghadirkan dr. Gusti Syu Mulyani, yang membahas tema Diabetes Mellitus (DM). Ia mengingatkan bahwa DM kini banyak menyerang generasi muda, bukan lagi hanya mereka yang berusia di atas 40 tahun.
“Gaya hidup dan pola makan tak sehat menjadi penyebab utama. Sayangnya, penyakit ini sering datang tanpa gejala yang menakutkan,” ujarnya, sambil menganjurkan masyarakat melakukan tes HbA1c secara rutin untuk deteksi dini.
Sebagai penutup, Mulia Jayaputri menyampaikan harapan:
“Bakti Indonesia bukan sekadar perayaan kemerdekaan, melainkan doa panjang yang diucapkan dalam berbagai kegiatan, di berbagai rumah ibadah, untuk satu tujuan: Indonesia untuk Semua.”
Galeri Bakti: Di Mana Indonesia Bersatu
Di tengah deru angin lereng Gunung Agung, tawa anak-anak berpadu dengan suara gamelan. Aroma dupa bercampur dengan wangi kopi dari stand UMKM. Semua itu adalah simbol: bahwa Indonesia bukan sekadar batas wilayah di peta, tetapi rumah yang kita bangun bersama – batu demi batu, hati demi hati. Foto: Istimewa