Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Internasional > Bahasa Indonesia Resmi Jadi Progdi di Al-Azhar Mesir

Bahasa Indonesia Resmi Jadi Progdi di Al-Azhar Mesir

Internasional | 13 menit yang lalu
Editor : Orie Buchori

BAGIKAN :
Bahasa Indonesia Resmi Jadi Progdi di Al-Azhar Mesir

KABARINDO, JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia, Abdul Mu'ti mengumumkan kabar menggembirakan bahwa Bahasa Indonesia untuk pertama kalinya resmi dibuka sebagai program studi (Progdi) sarjana (S1) di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

"Pertama kali program studi Bahasa Indonesia dibuka di Al-Azhar, langsung ada 350 mahasiswa warga negara Mesir yang mendaftar dan mengambil jurusan tersebut," ujar Abdul Mu'ti saat memberikan sambutan pada acara Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah sekaligus Milad ke-27 Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) di Crystal Building UMKU, Sabtu.

Menurut dia, pembukaan program studi Bahasa Indonesia di salah satu universitas Islam tertua dan paling bergengsi di dunia itu menjadi tonggak sejarah baru bagi penguatan posisi bahasa nasional di kancah global.

Saat ini, imbuh dia, sudah terdapat 57 negara di seluruh dunia yang menyelenggarakan program pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing, baik dalam bentuk kursus maupun program studi formal di perguruan tinggi.

Abdul Mu'ti menegaskan bahwa keberhasilan ini merupakan buah dari perjuangan bersama antara Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dengan pemerintah untuk terus mengangkat martabat Bahasa Indonesia.

"Kita memiliki cita-cita besar di tahun 2045, saat Indonesia genap 100 tahun merdeka, yaitu memperjuangkan agar Bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejajar dengan bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, Arab, dan Mandarin," tegasnya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan slogan perjuangan kedaulatan bahasa Indonesia, "Bangga lahir dan mati dengan Bahasa Indonesia".

Dalam pidatonya, Abdul Mu'ti menekankan bahwa kemajuan sebuah bangsa tidak cukup diukur dari kecukupan materi saja, namun juga kesehatan spiritual masyarakatnya. Karena banyak negara maju di Barat yang mengalami kehampaan spiritual, meski secara material, termasuk negara dengan tingkat kesejahteraan tinggi.

"Banyak survei menunjukkan bahwa negara-negara yang dikenal sebagai welfare state memiliki masyarakat yang belum tentu bahagia," ungkapnya.

Ia mencontohkan Jepang sebagai negara maju dan modern, tetapi tetap menghadapi persoalan sosial dan ketidakpuasan hidup di masyarakat. Kini banyak lembaga internasional mulai memikirkan kesejahteraan manusia yang lebih utuh, tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari dimensi sosial dan spiritual.

"Orang yang memiliki pegangan agama cenderung menjalani hidup lebih bahagia dibandingkan mereka yang tidak memiliki landasan spiritual," ujarnya.

Abdul Mu'ti juga melihat adanya tren meningkatnya kesadaran spiritual di berbagai negara, termasuk di kawasan yang sebelumnya dikenal antiagama. Jumlah penduduk dunia yang menganut ateisme dan agnostik kini terus menurun, menandakan perubahan pandangan global mengenai nilai keagamaan.

Karena itu, dia menegaskan bahwa pendidikan Indonesia harus mampu melahirkan generasi yang lebih unggul dari masa kini dan lebih baik dari masa lalu, tidak hanya kompeten dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu mengamalkan nilai moral, etika, dan spiritual, termasuk ajaran Al Quran.


RELATED POST


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER