B3S Filmmaker Goes to School di Bandung, Mengawali Gelora Kebangkitan Sinema Nasional
Kobarkan semangat nonton film Indonesia
Surabaya, Kabarindo- Di tengah gelombang optimisme yang melanda industri film nasional, Yayasan Demi Film Indonesia (YDFI) meluncurkan gebrakan bertajuk B3S (Bincang-Bincang Budaya Sinema) Filmmaker Goes to School.
Dimulai dari Bandung pada 15-18 Juni 2025, inisiatif ini bukan hanya tentang film. Ini adalah tentang merajut kembali identitas bangsa melalui layar perak, dengan Bandung yang mengambil peran sebagai titik utama dalam penguatan ekosistem sinema masa depan untuk mendorong penguatan budaya menonton.
Data terbaru dari LOKET yang dirilis Demi Film TV menunjukkan budaya sinema adalah kekuatan transformatif, cermin ideologi dan penggerak persepsi kolektif. Ini bukan lagi sekadar hiburan, namun urgensi kultural yang harus dirayakan dan diperkuat. Keberhasilan luar biasa pada 2024 menjadi bukti nyata. Jumlah penonton film di Indonesia mencapai lebih dari 120 juta orang, 80 juta di antaranya adalah penonton film nasional. Ini untuk pertama kalinya film Indonesia sukses melampaui capaian film asing.
Yan Widjaya, Ketua Umum YDFI, mengatakan program B3S hadir untuk terus menguatkan momentum positif ini, memastikan sinema nasional terus berjaya di negeri sendiri. Bandung adalah titik awal yang ideal untuk misi ini.
“Kami akan membawa denyut nadi industri film langsung kepada 800-1000 pelajar terpilih di SMAN 15, SMAN 6 Cimahi, SMK Daarut Tauhid Boarding School dan SMA BPK Penabur Holis. Mereka akan diajak menyelami 30 profesi menarik di balik layar dan merasakan sensasi simulasi penyutradaraan bersama sutradara sekaliber Ivan Bandhito, dosen IKJ,” ujarnya.
Yan Widjaya menambahkan, selama lima tahun terakhir, YDFI dengan dukungan Dit.FMS Kementerian Kebudayaan, sukses merangkul 35 kota dan ribuan pelajar.
“B3S adalah manifestasi nyata dari komitmen kami untuk menyebarkan semangat 'Menjadi Indonesia dengan Nonton Film Nasional', juga menanamkan kekayaan local wisdom Nusantara melalui setiap adegan film. Mulai dari anak-anak sekolah hingga komunitas dan keluarga, kami melihat cinta yang membara terhadap film nasional,” ujarnya.
Rangkaian B3S dibuka dengan talkshow inspiratif “Obrolan Sore” di RRI Pro2 FM Bandung pada 15 Juni. Forum ini mempertemukan para visioner seperti Syaifullah Agam, SE, MEc, PhD (Direktur Film, Musik dan Seni Ditjen PPPK Kementerian Kebudayaan RI), Yan Widjaya, Ivan Bandhito dan tokoh pendidikan Bandung, Bunda Ary Widi Kristiani. Kegiatan tersebut membuka wawasan strategisnya peran sinema dalam membentuk karakter bangsa di era digital ini.
Pada Senin dan Selasa, 16-17 Juni, para master di bidangnya – mulai dari sutradara dengan visi tajam, penulis skenario yang merangkai kisah, director of photography (DOP) yang menangkap jiwa, produser yang mewujudkan mimpi, hingga aktor yang menghidupkan karakter – akan berinteraksi langsung dengan para pelajar. Mereka akan membuka wawasan tentang dunia sinema, mendidik tentang pentingnya seni peran, serta menginspirasi generasi muda untuk melihat film bukan hanya sebagai tontonan, melainkan sebagai jalan karier dan ekspresi diri.
Puncak perayaan sinema di Bandung ini akan ditutup dengan pengalaman tak terlupakan: nonton bareng film Keluarga Super Irit di salah satu bioskop terkemuka di Kota Bandung. Momen ini bukan sekadar hiburan, namun juga afirmasi kolektif akan potensi sinema Indonesia.
Dari Bandung, gelombang positif ini akan terus bergulir, menyentuh Aceh, Denpasar, Batu, Kediri, Cirebon, Bone Sulawesi Selatan dan Manado pada tahun ini. Sebuah gerakan masif untuk memastikan bahwa sinema Indonesia terus berjaya, menjadi cermin budaya, alat diplomasi dan sarana internalisasi nilai yang tak tergantikan.
Foto: istimewa