Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Berita Utama > Al-Banjari Jadi Pembelajaran Dari Ulama Besar

Al-Banjari Jadi Pembelajaran Dari Ulama Besar

Berita Utama | Senin, 26 Desember 2022 | 18:09 WIB
Editor : ARUL Muchsen

BAGIKAN :
Al-Banjari Jadi Pembelajaran Dari Ulama Besar

Beliau lahir di Lok Gabang, 17 Maret 1710 – meninggal di Dalam Pagar, 3 Oktober 1812 pada umur 102 tahun.

KABARINDO, PPHUI, Jakarta- Dari banyak sumber literasi, Beliau adalah ulama fiqih mazhab Syafi’i yang berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan Selatan.

Ia hidup pada masa tahun 1122-1227 hijriyah. Ia mendapat julukan anumerta Datu Kelampaian. Ia adalah pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan bagi banyak pemeluk agama Islam di Asia Tenggara.

Guru-gurunya antara lain Syekh Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, dan al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Hasani al-Madani. Namanya terkenal di Mekkah karena keluasan ilmu yang dimiliki, terutama ilmu qira’at. Ia bahkan mengarang kitab qiraat yang bersumber dari Imam asy-Syatibi. Uniknya, setiap juz kitab tersebut dilengkapi dengan kaligarafi khas Banjar.

Menurut riwayat, selama belajar di Mekkah dan Madinah, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari belajar bersama tiga ulama Indonesia lainnya: Syekh Abdus Shomad al-Palembani (Palembang), Syekh Abdul Wahab Bugis, dan Syekh Abdurrahman Mesri (Betawi). Mereka berempat dikenal dengan Empat Serangkai yang sama-sama menuntut ilmu di al-Haramain asy-Syarifain. Belakangan, Syekh Abdul Wahab Bugis kemudian menjadi menantunya karena menikah dengan anak pertamanya.

Setelah lebih dari 30 tahun menuntut ilmu, timbul hasratnya untuk kembali ke kampung halaman. Sebelum sampai di tanah kelahirannya, Syekh Arsyad singgah di Jakarta. Ia menginap di rumah salah seorang temannya waktu belajar di Mekkah. Bahkan, menurut kisahnya, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sempat memberikan petunjuk arah kiblat Masjid Jembatan Lima di Jakarta sebelum kembali ke Kalimantan.

Al Banjari, jadi judul film berbasis cerita daerah Kalimantan Selatan.

Dibiayai orang-orang daerah, dengan dana 4,4 miliar. Patut didukung apapun hasilnya.

Karya sineas Ensadi Djoko Santoso,  sutradara film ini. Sineas yang tekun, ulet, penyabar, dedikatif, dan berangkat dari seorang Director of Photography yang profesional dengan naskah mas Irvan menjanjikan banyak pembelajaran.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER