KABARINDO, GLASGOW -- Dalam kurun waktu dua minggu (31 Oktober dan 12 November 2021) penyelenggaraan Conference of The Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia, ada beberapa agenda utama yang menjadi landasan pertemuan global dalam upaya pengendalian iklim dunia tersebut.
1. Emisi nol bersih dan 1.5 derajat
Konferensi tahun ini bertujuan untuk mencapai konsensus akan tindakan menjaga pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan untuk mengamankan emisi nol bersih pada tahun 2050.
Sedikit saja kenaikan suhu bumi dapat membuat perbedaan yang signifikan. Cuaca ekstrim yang telah dialami di seluruh dunia disebabkan oleh suhu 1,1°C di atas tingkat pra-industri. Banyak ilmuwan meyakini angka 1,5°C adalah batas atas zona aman Bumi. Bila suhu bumi mencapai atau bahkan melewati batas tersebut, maka ratusan juta orang akan mengalami gelombang panas yang menghancurkan, cuaca yang semakin ekstrim, kenaikan permukaan laut, dan juga punahnya sejumlah besar spesies hewan dan tumbuhan.
2. Mobilisasi keuangan
Negara-negara maju diminta untuk memobilisasi 100 milyar dollar untuk keuangan iklim per tahunnya yang dialokasikan ke negara-negara berpendapatan rendah agar mereka juga bisa menangani perubahan iklim.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa penduduk negara berkembang yang lebih miskin cenderung menyebabkan polusi lebih sedikit dan tidak bertanggung jawab atas sebagian besar emisi selama ini. Namun demikian, mereka lah yang mengalami beberapa efek terburuk dari perubahan iklim.
Mereka membutuhkan dana untuk membantu mengurangi emisi mereka dan juga untuk mengatasi perubahan iklim. Pengalokasian dana tersebut bisa untuk, misalnya, pembangunan sistem pertahanan banjir yang lebih baik, atau untuk pengadaan lebih banyak panel surya di negara-negara berpendapatan rendah yang selama ini bergantung pada energi dari batu bara.
3. Adaptasi iklim
Adaptasi iklim mengacu pada perubahan yang perlu dilakukan masyarakat dalam menanggapi dampak perubahan iklim yang meningkat. Strategi untuk beradaptasi dan membangun ketahanan sangat bervariasi, mulai dari meningkatkan jalan di daerah rawan banjir hingga merestorasi hutan bakau untuk melindungi garis pantai yang rentan dari angin topan.
Negara-negara anggota didorong untuk melindungi dan memulihkan ekosistem dan membangun infrastruktur yang tangguh untuk menahan perubahan iklim.
Karena ini, menurut Ryan Hobert dan Evelyn Toth dari United Nations Foundations, Sekretaris Jenderal PBB telah meminta agar setidaknya 50% dari pendanaan iklim didedikasikan untuk membantu negara-negara yang paling rentan beradaptasi dengan efek pemanasan global.
4. Menyelesaikan Paris Rulebook
Peserta COP26 perlu berkolaborasi untuk menyelesaikan Buku Aturan Paris (Paris Rulebook), yang menetapkan aturan Perjanjian Paris (Paris Agreement, 2015, adalah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum tentang perubahan iklim).
Termasuk di dalam Paris Rulebook adalah peraturan yang menyepakati pendekatan umum untuk pasar karbon, pelaporan nasional yang transparan tentang emisi, dan kerangka waktu lima tahunan untuk mengirimkan NDC yang diperbarui.
NDC adalah kontribusi yang ditentukan secara nasional berupa tujuan mitigasi yang ditentukan sendiri oleh negara. Para pihak memutuskan sendiri tingkat ambisi yang tercermin dalam NDC mereka. NDC kemudian direkam dalam pencatatan NDC yang dikelola oleh sekretariat Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yang merupakan perjanjian induk Paris.
Walaupun para anggota secara hukum berkewajiban untuk memiliki NDC dan untuk melaksanakan tindakan yang diperlukan dengan tujuan mencapainya, pencapaian NDC bukanlah komitmen yang mengikat secara hukum atau dapat dipaksakan.
Keberhasilan COP 26 memang masih harus ditunggu, namun kemajuan sekecil apapun merupakan sebuah langkah besar dalam menangani perubahan iklim yang semakin tak terduga. Tentunya, selama komitmen yang dijanjikan para anggota dieksekusi secara konsisten. ***