KABARINDO, JAKARTA - Lembaga survei Trus Indonesia menyarankan presiden terpilih pada pemilu 2024, Prabowo Subianto untuk memprioritaskan agenda koalisi dengan partai-partai yang lolos ambang batas parlemen atau parliament threshold (PT).
Direktur Eksekutif Trust Indonesia, Azhari Ardinal menyatakan Prabowo Subianto masih membutuhkan tambahan dukungan politik parlemen guna mendukung efektifitas pemerintahannya.
“Penting bagi (Pak) Prabowo Subianto untuk memprioritaskan tambahan dukungan politik partai di parlemen. Kami kira itu kunci untuk membuat pemerintahan Prabowo-Gibran berjalan efektif dan efisien,” kata Azhari dalam keterangan tertulis, Selasa (2/5/2024) sore.
Karena itu, bagi Trust Indonesia, Prabowo justru tidak boleh mengabaikan partai-partai lolos parlemen. Pasalnya menurut Azhari, mereka lah yang nantinya akan mengamankan seluruh agenda kepentingan dan kebijakan pemerintahan Prabowo-Gibran di parlemen.
“Justru dengan polemik antar partai pendukung dengan partai yang berusaha merapat ini, Prabowo harus membuka mata begitu berharganya dukungan partai di parlemen. Partai-partai parlemen jauh lebih bernilai dari partai partai non parlemen,” jelas Azhari.
Seperti diketahui, polemik mulai terjadi antara koalisi politik Prabowo-Gibran dengan partai partai yang berusaha merapat ke koalisi tersebut. Misalnya penolakan terbuka yang dilakukan Partai Gelora terhadap niat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran.
Padahal secara riil, jumlah koalisi politik Prabowo-Gibran (Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, dan Partai Demokrat) masih sekitar 43,16 persen. Jumlah dukungan di parlemen tersebut masih belum cukup efektif mengamankan kepentingan dan kebijakan pemerintahan Prabowo-Gibran.
Meskipun Partai Nasdem dan PKB sudah mendeklarasikan opsi bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Akan tetapi, selama dukungan bergabung tersebut belum diresmikan maka belum ada kepastian atas tambahan kekuatan politik Prabowo-Gibran di DPR.
“Pak Prabowo tentu ingin segera memastikan dukungan parlemen atas pemerintahannya ke depan. Saat ini, Trust Indonesia melihat Prabowo justru sangat berkepentingan untuk memperbesar koalisi politik yang dimilikinya. Termasuk dengan cara mengakomodir PKS dan PKB. Di DPR, koalisi besar justru lebih berdaya manfaat ketimbang koalisi politik yang terlalu ramping,” tegas Azhari.
Namun demikian, Trust Indonesia juga tetap mengingatkan bahaya koalisi yang terlalu gemuk. Menurut Azhari, koalisi yang terlalu gemuk menyimpan potensi penyakit yang berbahaya seperti kolesterol di tubuh manusia. Penyakit tersebut, ungkapnya, upaya akomodasi politik yang terlalu besar atau potensi politik transaksional yang tinggi. Azhari pun menyimpulkan sebaiknya ada dua partai politik yang mengambil jalan sebagai kelompok oposisi di parlemen.
“Koalisi Prabowo-Gibran yang terlalu gemuk tentu akan sangat ‘berlemak’. Ibarat tubuh manusia, jika terlalu banyak lemak maka bisa membahayakan kesehatan. Hemat kami, idealnya jumlah koalisi Prabowo-Gibran sekitar 75 persen, supaya agenda kebijakan pemerintahan berjalan dengan efektif,” pungkas Azhari.