Oleh: (Hasyim Arsal Alhabsi, Direktur Dehills Institute
KABARINDO, JAKARTA - KTT D-8 di Kairo menjadi panggung penting bagi Presiden Prabowo Subianto untuk menyampaikan pidato yang penuh semangat tentang dukungan Indonesia terhadap Palestina. Namun, dari delapan negara anggota yang hadir, perhatian tertuju pada satu momen tak terduga: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memilih walk out. Tindakan ini memicu spekulasi dan perdebatan, sementara tujuh negara lainnya tetap asyik menikmati pidato Prabowo hingga akhir.
7 Negara yang Tetap Menikmati Pidato Prabowo
1. Bangladesh: Negara ini memiliki rekam jejak panjang dalam mendukung isu-isu Muslim global, termasuk perjuangan rakyat Palestina. Delegasi Bangladesh tampak menyimak pidato Prabowo dengan serius, mencerminkan solidaritas terhadap tema yang disampaikan.
2. Mesir: Sebagai tuan rumah, Mesir memiliki kepentingan besar untuk menjaga suasana diplomatik tetap kondusif. Sikap delegasi Mesir menunjukkan penghormatan terhadap Indonesia sebagai salah satu aktor penting di kawasan.
3. Iran: Sebagai salah satu pendukung utama Palestina di Timur Tengah, Iran sejalan dengan isi pidato Prabowo. Tidak ada indikasi ketidaknyamanan dari delegasi mereka, yang terus mendengarkan hingga akhir.
4. Malaysia: Negara tetangga ini konsisten dalam dukungannya terhadap Palestina. Delegasi Malaysia tampaknya menikmati pidato yang selaras dengan sikap diplomatik mereka.
5. Nigeria: Meskipun berada di Afrika Barat dan jauh dari konteks Timur Tengah, Nigeria tetap menyuarakan solidaritas terhadap Palestina. Kehadiran mereka sepanjang pidato menegaskan komitmen terhadap tema besar ini.
6. Pakistan: Sebagai negara mayoritas Muslim dengan sejarah panjang mendukung Palestina, Pakistan adalah salah satu pendukung setia dalam forum seperti ini. Delegasi mereka mendengarkan pidato Prabowo tanpa interupsi.
7. Indonesia: Tentu saja, sebagai negara yang menyampaikan pidato, delegasi Indonesia adalah yang paling menikmati momen ini. Pidato Prabowo merupakan pernyataan sikap tegas Indonesia di panggung global.
Turki: Mungkin Hanya Kebelet?
Ketika tujuh negara bertahan, Turki memilih walk out. Tindakan ini langsung menjadi bahan pembicaraan, seolah-olah momen tersebut lebih penting dari isi pidato itu sendiri. Padahal, alasan di balik aksi ini mungkin lebih sederhana dari yang diperkirakan. Mungkin saja Presiden Erdogan hanya memiliki kebutuhan mendesak — entah itu panggilan alam atau jadwal lain yang tidak bisa ditunda.
Namun, dalam dunia diplomasi, setiap tindakan sekecil apa pun memiliki arti dan konsekuensi. Walk out sering diartikan sebagai bentuk protes atau ketidaksetujuan. Tetapi tanpa pernyataan resmi dari Turki, spekulasi tetap beredar, dari isu perbedaan pandangan hingga dugaan strategi politik. Apapun alasannya, yang jelas, aksi Turki berhasil mencuri perhatian lebih besar daripada tujuh negara lainnya yang tetap fokus pada substansi pidato.
Yang Diributkan: Fokus atau Distraksi?
Apa yang sebenarnya lebih penting: pidato Prabowo yang menegaskan dukungan kepada Palestina, atau aksi walk out Turki? Bagi tujuh negara yang bertahan, esensi pidato adalah sorotan utama. Tetapi bagi sebagian pihak, tindakan Turki menjadi headline. Hal ini mencerminkan betapa mudahnya opini publik teralihkan oleh drama diplomasi, meskipun substansi pidato memiliki nilai lebih besar.
Pesan Besar di Balik Pidato
Prabowo mengingatkan dunia bahwa perjuangan Palestina bukan hanya isu regional, melainkan juga tanggung jawab moral umat manusia. Dalam pidatonya, ia menekankan keadilan, kemerdekaan, dan solidaritas global. Ini adalah pesan universal yang seharusnya menyatukan, bukan memecah belah.
Diplomasi di Tengah Perbedaan
KTT ini menggambarkan bagaimana diplomasi bekerja di tengah perbedaan. Tujuh negara bertahan dan mendengarkan hingga akhir, menunjukkan penghormatan dan mungkin keselarasan pandangan. Sementara Turki, dengan walk out-nya, menambahkan dinamika tersendiri yang membuka ruang interpretasi.
Pada akhirnya, yang patut diingat adalah substansi pidato dan pesan yang disampaikan. Sementara aksi Turki menjadi sorotan, esensi pidato Prabowo tetap menggema di ruangan itu, disaksikan oleh tujuh negara yang memilih untuk mendengarkan hingga akhir. Mungkin, Turki hanya kebelet — atau mungkin ada pesan tersembunyi di balik tindakannya. Yang jelas, panggung KTT D-8 tetap mencatat momen ini sebagai bukti nyata bahwa diplomasi selalu penuh warna.