Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Ekonomi & Bisnis > Dua Merek Sepatu Lokal Merambah Pasar Global

Dua Merek Sepatu Lokal Merambah Pasar Global

Ekonomi & Bisnis | Senin, 3 Januari 2022 | 09:32 WIB
Editor : Daniswara Kanaka

BAGIKAN :
Dua Merek Sepatu Lokal Merambah Pasar Global

KABARINDO, JAKRTA - Indonesia merupakan negara pusat produksi alas kaki terbesar ke-4 di seluruh dunia. Hal tersebut membuat Indonesia memiliki potensi menjadi produsen sepatu lokal yang kompetitif di kancah global. Buktinya dua merek sepatu lokal, yaitu Sagara Boots dan Pijakbumi berhasil merambah pasar dunia.

Dua merek tersebut merupakan mitra Badan Pengembangan Industru Persepatuan Indonesia (BPIPI) Sidoarjo, unit pelaksana teknis di bawah binaan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Sagara Boots

Bagus Satrio, pendiri Sagara Boots mengatakan jika sekarang ini sepatu lokal banyak dikenal masyarakat dunia. Hal tersebut disebabkan karena semakin banyaknya media-media asing yang mengekspos kemampuan industri sepatu Indonesia yang mampu mengahasilkan boots berkualitas dan bersaing dengan produk kelas dunia.

“Kami tidak sembarangan memilih bahan baku, harus menggunakan bahan kulit yang terbaik. Selain itu, dengan kualitas kulit dan sol terbaik, sehingga harga boots kami bahkan lebih mahal dari produk Amerika. Kami menjual dengan harga sekitar Rp 6 juta,” kata Bagus dalam keterangan tertulis (31/12/2021)

Sagara Boots memiliki keunggulan yang bisa menerima pesanan secara custom, selain itu semua produksi sepatunya dibuat secara manual menggunakan tangan. Karena banyaknya pesanan yang ia terima, Sagara Boots menerapkan sistem waiting list hingga empat bulan lamanya. Penerapan sistem tersebut lantaran tenaga kerja yang masih terbatas.

“Dalam sebulan kami hanya bisa menghasilkan 40-60 pasang sepatu. Di luar negeri, Sagara Boots diminati karena handmade, custom dan kualitas kulitnya tinggi,” katanya.

Dua Merek Sepatu Lokal Merambah Pasar Global

Pijakbumi

Brand sepatu dari Bandung ini memiliki ciri eco friendly dengan menggunakan bahan kulit natural dan ekstrak tumbuhan, salah satunya adalah serbuk kayu.

Brand sepatu Pijakbumi ini didirikan oleh Rowland Asfales dengan konsep orisinalitas desain, kearifan lokal dan bahan material ramah lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung mengurangi emisi karbon di bumi.

Penggunaan bahan baku pilihan membuat Pijakbumi mampu menghasilkan produk sepatu berkualitas tinggi. Akan tetapi, sulitnya akses bahan baku impor dan modal untuk ekspor menjadi kendala brand lokal ini. Untuk saat ini Pijakbumi juga berusaha mengkalkulasi bahan eco friendly sebagai bahan utama sepatunya agar bisnisnya lebih berkelanjutan.

“Kami berharap ada acara untuk mengkalkulasi penggunaan bahan ramah lingkungan untuk perusahaan inovatif dan bisa mendapatkan pengurangan pajak terkait pengolahan industri yang berkomitmen mengurangi emisi karbon,” ungkap Rowland.

Sementara itu, Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita, mengatakan BPIPI menggandeng Sagara Boots dan Pijakbumi masuk ke dalam ekosistem pelaku industri alas kaki nasional. Hal tersebut lantaran mereka telah berhasil menjadi contoh pelaku IKM alas kaki yang berkualitas.

“Kisah sukses kedua IKM ini diharapkan mamu membangkitkan semangat IKM lainnya untuk lebih lihai membaca peluang di pasar dalam dan luar negeri,” ucap Reni.

Ketika bertemu dengan pendiri dua brand tersebut, Reni mengapresiasi prestasi Sagara Boots dan Pijakbumi karena sejauh ini mereka telah mampu mematahkan stigma negatif terhadap sepatu produk lokal. Diketahui produk lokal banyak mendapatkan anggapan negative, seperti produksi sepatu negara berkembang berkualitas buruk, material jelek dan desain yang kuno.

Sagara Boots bahkan telah tembus menjadi sepatu boots kulit tier satu, yang setara dengan sepatu asal Jepang, Inggris dan Amerika Serikat. Sedangkan, produk Pijakbumi telah diekspor ke 20 negara di dunia,” ungkapnya.

Menurutnya, kedua Industri Kelas Menengah (IKM) alas kaki tersebut telah membuktikan bahwa brand sepatu lokal semakin inovatif, desainnya kekinian dan mampu mengikuti selera pasar terkini. Selain itu, brand tersebut juga memperhatikan produksi ramah lingkungan dan berkesinambungan. Bahkan, mereka mampu menerima permintaan konsumen secara custom.

“Dengan kualitas yang terbaik, kami optimistis brand lokal bisa lebih keren dan punya nilai jual tinggi disbanding brand luar yang ada di retail besar,” kata Reni.

Reni menegaskan melalui BPIPI akan terus membantu para pelaku IKM alas kaki untuk mencari solusi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kemudahan akses pasar ekspor.

“Untuk memecahkan masalah-masalah terkait ekspor produk alas kaki ini, kami akan memfasilitasi mereka untuk bisa mengakses fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan akses pembiayaan untuk ekspor melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI),” ujar Reni.

Sementara itu, terkait kalkulasi penggunaan bahan material ramah lingkungan, Reni mempertemukan IKM alas kaki dengan Pusat Industri Hijau Kemenperin. Hal tersebut dilakukan para pelaku bisnis persepatuan untuk tumbuh bersama. Selanjutnya BPIPI membuat platform digital bernama Indonesia Footwear Network (IFN) dan bisa diakses melalui laman https://ifn.bpipi.id/. IFN ini dibuat sebagai bentuk memberikan solusi atas perubahan tatanan industri alas kaki nasional sejak pandemi Covid-19. Selain itu, IFN ini diyakini mampu memberikan informasi yang relevan bagi pasar domestic dan global terkait potensi industry alas kaki Indonesia dari sektor hulu hingga hilir.

“Di platform ini beragam pelaku dan komunitas industry alas kaki nasional dapat berkolaborasi sebagai mitra bisnis untuk melakukan sharing value,” ujarnya.

Kepala BPIPI Edi Suhendra sebagai fasilitator industri alas kaki nasional juga ikut menyampaikan bahwa BPIPI memiliki peran untuk menguatkan kembali komunitas industri alas kaki Indonesia. Melalui BPIPI akan terus mendorong program kemitraan di industri alas kaki agar ekosistem industri mampu menghasilkan produk yang lebih baik, mandiri dan berpotensi go global.

“Sebagai salah satu manufaktur alas kaki tersebar global, Indonesia perlu mengambil inisiatif untuk mengintegrasikan informasi dari produsen, supplier, sumber material, merek lokal dan organisasi yang bergerak di sektor industry alas kaki,” papar Edi.

Oleh sebab itu, IFN yang digawangi BPIPI hadir sebagai penyedia informasi yang relevan untuk industry alas kaki baik domestik dan global.

Sumber: Detik.com

Foto: instagram.com/sagarabootmaker, https://www.instagram.com/pijakbumi


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER