KABARINDO, Johannesburg – Varian virus corona baru, B.1.1529, yang belum lama ini teridentifikasi di Afrika Selatan memicu kekhawatiran akan kemungkinan negara itu menghadapi gelombang keempat yang berpotensi parah, serta kemungkinan dapat menyebarnya varian tersebut secara global.
Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) yang dikelola pemerintah Afrika Selatan mengatakan sejauh ini telah terdapat 22 kasus positif varian B.1.1.529 yang telah dicatat di negara itu setelah pengurutan genom.
Varian yang belum ditetapkan nama latinnya itu membawa sejumlah besar mutasi yang luar biasa dan "jelas sangat berbeda" dari inkarnasi sebelumnya, kata Tulio de Oliveira, seorang profesor bio-informatika yang menjalankan lembaga pengurutan gen di dua Universitas Afrika Selatan pada briefing media hari Kamis (25/11).
Hampir 100 kasus terkait dengan varian baru di negara itu telah terdeteksi ahli virologi hingga saat ini, kata Anne von Gottberg, ahli mikrobiologi klinis & kepala penyakit pernapasan di Institut Nasional untuk Penyakit Menular.
Francois Balloux, direktur Institut Genetika UCL, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Science Media Center, menyebutkan bahwa varian baru itu kemungkinan besar telah berevolusi pada seorang pasien dengan gangguan kekebalan yang mengalami infeksi kronis, yang kemungkinan merupakan pasien HIV/AIDS yang tidak diobati.
Dengan jumlah kasus HIV terbesar di dunia, Afrika Selatan mengalami kesulitan dalam memerangi pandemi virus corona karena orang dengan gangguan kekebalan dapat menyimpan virus lebih lama, kata para ilmuwan.
Dalam pernyataan terpisah, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diesbut-sebut telah bertemu untuk membahas varian virus yang juga telah terdeteksi di Botswana ini.
