KABARINDO, NEW YORK - Sebuah laporan penelitian yang dirilis pada hari Selasa (14/12) menunjukkan ketiga vaksin COVID-19 yang resmi digunakan di Amerika Serikat tampaknya secara signifikan kurang protektif terhadap varian Omicron dalam pengujian laboratorium, tetapi dosis booster (penguat) kemungkinan memulihkan sebagian besar perlindungan masing-masing vaksin pada tubuh.
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Massachusetts (MGH), Harvard dan MIT ini belum melalui penelaahan sejawat (peer review), dan darah yang diuji berasal dari orang-orang yang menerima Moderna (MRNA.O), Johnson & Johnson (JNJ.N) dan Pfizer (PFE.N )/Vaksin BioNTech melawan pseudovirus yang direkayasa agar menyerupai varian Omicron.
Para peneliti menemukan netralisasi antibodi "rendah hingga tidak ada" terhadap varian baru Covid itu dari rejimen reguler ketiga vaksin - dua suntikan vaksin Moderna atau Pfizer/BioNTech atau salah satu vaksin dosis tunggal J&J.
Akan tetapi penelitian itu juga menemukan bahwa darah dari mereka yang baru-baru ini menerima dosis booster tambahan menunjukkan netralisasi varian yang kuat.
Hasil Penelitian Lain
Temuan baru ini sejalan dengan penelitian lain yang baru-baru ini dipublikasikan. Para peneliti di Universitas Oxford mengatakan pada hari Senin bahwa mereka menemukan rejimen vaksin COVID-19 dua dosis Pfizer dan AstraZeneca (AZN.L) tidak menginduksi antibodi penetral yang cukup terhadap varian baru.
BioNTech dan Pfizer mengatakan pekan lalu bahwa tiga kali suntikan vaksin COVID-19 mereka mampu menetralkan varian Omicron baru dalam tes laboratorium, tetapi dua dosis menghasilkan antibodi penetralisir yang jauh lebih rendah.
Hari Minggu (12/12) Bloomberg melaporkan tentang Penny Moore, virologis dari Afrika Selatan yang mengabarkan temuannya bahwa vaksin Johnson & Johnson hampir tidak menghasilkan perlindungan antibodi terhadap varian virus corona omicron dalam percobaan laboratorium. Namun, vaksin ini tampaknya memberikan beberapa pertahanan terhadap omicron, kemungkinan melalui cara lain seperti stimulasi sel imun.
Media yang sama di hari itu juga mengabarkan bahwa dari hasil uji awalnya di laboratorium terhadap Omicron, Sinovac tidak menyediakan antibodi yang cukup dalam dua dosis untuk menetralkan varian itu dan booster kemungkinan akan diperlukan untuk meningkatkan perlindungan.
Sementara dua studi pertama yang akan dirilis sedianya akan menunjukkan seberapa banyak respon imun vaksin terdegradasi, dan keduanya sejauh ini mengindikasikan bahwa pemberian dua dosis standar tidak akan cukup.
Hasil uji dini vaksin yang dibuat oleh Sinovac Biotech Ltd. ini meningkatkan ketidakpastian atas suntikan yang diandalkan oleh jutaan orang di Cina dan banyak negara berkembang untuk melindungi diri dari Covid-19.
Moderna dan J&J belum merilis data mereka sendiri tentang bagaimana kinerja vaksin terhadap varian baru. J&J menolak mengomentari studi baru dan Moderna tidak menanggapi permintaan untuk memberi komentar. *** (Sumber: Reuters, Bloomberg, KHN; Foto: Cincinnati.com)