Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) telah menggelar kuliah perdana 27 September 2021 lalu. Kehadiran UIII diharapkan bisa menjadi kebanggaan Indonesia kelak. Demikian disampaikan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Prof Komaruddin Hidayat saat berbincang dengan Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia yang juga Ketua Yayasan Indonesia Damai Mengaji, Komjen Pol Dr (HC) Syafruddin, dalam kanal YouTube TAWAF TV.
Komaruddin menjelaskan, kampus yang mengusung tema Islam dengan level internasional ini hanya menerima program master dan dokter. Terbuka luas bagi mahasiswa dalam negeri muapun luar negeri.
Tidak Ingin Kalah
Ditambahkan, sejarah terbentuknya UIII karena Indonesia tidak ingin kalah dengan negara Islam tetangga yang secara demografi dan ekonomi tidak jauh yang mampu memberikan wadah belajar bagi mahasiswa Indonesia.
“Pertama keinginan agar Indonesia memiliki universitas tingkat internasional sudah lama ide gagasan di berbagai forum, seminar sudah lama. Negara tetangga seperti Malaysia, Pakistan, Sudan, Mesir yang secara demografis dan ekonomi tidak lebih kaya dari kita mereka sudah punya,” ujar Komaruddin.
Pada saat itu, Presiden RI Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla mempunyai komitmen yang sama dalam mewujudkan kampus Islam bertaraf internasional pertama. Banyak dari negara tetangga dan negara muslim di luar, juga menginginkan Indonesia mempunyai pusat kajian dan studi di bidang Islam. Apalagi Indonesia terkenal dengan keberagaman beragama dan umat Islam terbesar di dunia.
“Pengalaman presiden maupun Pak JK di forum internasional dia mengatakan kami mestinya datang belajar ke Indonesia karena Indonesia kaya pengalaman masyarakat muslim, moderat, bisa menghimpun keberagaman sedangkan negara sesama Islam ribut terus jadi mestinya kami datang ke Indonesia oleh karena itu Indonesia punya kampus internasional sehingga siap menjadi pusat studi mahasiswa asing, bukan hanya tujuan wisata,”sebut Prof Komaruddin.
Konsep awal kampus ini hanya untuk master dan doktor karena tujuannya memproduksi ilmu pengetahuan sehingga riset itu penting, sebab Indonesia sendiri kaya pengalaman dalam bidang ekonomi, pendidikan, politik, pluralisme.
“Selama ini yang melakukan riset menulis orang luar, jadi kalau kita ingin mengenal dinamika sejarah Indonesia ,kita membaca buku karangan orang luar, risetan orang Indonesia sehingga ada kelebihannya, ada kekurangannya,”kata Komaruddin.
Lewat kampus ini, putra putri Indonesia sendiri yang akan mengenalkan kepada dunia dengan standar keilmuan yang diakui dunia, oleh karena itu, di sini ada ekonomi, politik, education, islamic studies.
Komjen Pol Dr (HC) Syafruddin, mengungkapkan, filosofi yang perlu ditanamkan bahwa, Indonesia sebagai negara muslim terbesar itu menjadi pusat atau titik temu umat Islam di seluruh dunia berbagai macam Mazhab.
“Dan sekaligus disinggung bertebaran ini anak-anak kita di luar dapat beasiswa kita juga mau menampilkan tangan di atas jangan selalu tangan di bawah,” ujarnya.