Tiga Film Lokal Siap Tayang Februari 2025
Solata, Coto vs Konro dan Badik
Surabaya, Kabarindo- Tiga film lokal dari Sulawesi Selatan yaitu Solata, Coto vs Konro dan Badik siap meramaikan bioskop-bioskop di Indonesia pada Februari 2025. Hal ini dibahas dalam Cinema n Culture Talk di Jakarta pada Sabtu (21/12).
Acara tersebut diinisiasi DemiFilmIndonesia (DFI) yang baru saja berulang tahun ke-11 bersama DemiFilmMakassar (DFM) dan KKSS.
Irham Acho Bahtiar produser dan sutradara Coto Vs Konro, mengaku terharu sekaligus antusias. Ia mengatakan, Coto vs Konro akan tayang pada 6 Februari 2025 mendatang.
Rara yang menjadi produser sekaligus pemain film Badik, menambahkan Badik tidak hanya dikenal sebagai sajam, namun juga simbol harga diri dan cinta.
“Mariki jadikan film sebagai pencatatan peristiwa sejarah Bugis Makassar,” ujarnya.
Acara tersebut juga dihadiri Sekjen BPP KKSS. Abdul Karim, bersama Jumrana dan April, serta Humas KKSS, Daeng Alif. Karim mengapresiasi dan mendukung ketiga film tersebut. Juga hadir pengusaha nasional Daeng Abdi Baramuli, Adi Surya Abdi dan pengagas DFI, Yan Widjaya. Tak ketinggalan para ketua dari Pilar Wajo Sengkang, Soppeng, Bulukumba, Pangkep, Bone dan Sinjai yang siap nobar tiga film tersebut saat tayang nanti.
“Saya mendukung penuh. Asalkan ada info berkenaan dengan film atau trailer serta poster, nanti sekretariat akan membuat suratnya dan saya siap menanda-tangani dengan ketua, agar bisa menasional," ujar Karim.
Menurut panelis diskusi, M.Sangupri, film lokal sebenarnya juga mengangkat isu nasional sehingga mendapat kesempatan yang sama, misalnya dalam pengurusan secara online di LSF dengan satu pintu dan harga.
“Promo film itu penting agar diketahui semua pihak dan masyarakat. Dulu ada 2000-an tiket free untuk tiap film nasional. Saya menyukai film Bugis misalnya Uang Panai. Dulu ada yang berbahasa Bugis 100% berjudul Ambo Nai, Keluar Main, Mappacci dan saat ini ada Solata, Coto vs Konro dan Badik,” ujarnya.
Daeng Alif, pengamat budaya, sependapat denan Sangupri. Ia mengatakan, memang tepat untuk berhenti menyebut film daerah atau lokal. Dan menjadi tugas pemerintah untuk mengawal semua itu.
Yan Widjaya, pengamat perfilman nasional yang juga sering menjadi aktor film produksi Bugis Makassar, mengungkapkan angka 77 juta menuju 80 juta penonton film nasional.
Foto: istimewa