Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Berita Utama > Tak Sekadar Menambang Cuan, Agincourt Resources Menyalakan Harapan untuk Masa Depan Warga Sekitar Tambang

Tak Sekadar Menambang Cuan, Agincourt Resources Menyalakan Harapan untuk Masa Depan Warga Sekitar Tambang

Berita Utama | Minggu, 2 November 2025 | 16:46 WIB
Editor : Anton CH

BAGIKAN :
Tak Sekadar Menambang Cuan, Agincourt Resources Menyalakan Harapan untuk Masa Depan Warga Sekitar Tambang

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung (kedua kanan) menyerahkan penghargaan kepada Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Ruli Tanio (kanan) di ajang Penghargaan Subroto 2025 di Jakarta, Jumat ( 24/10/2025). (Dok: PTAR)

_____

JAKARTA – Industri pertambangan kerap didera isu negatif. Beberapa pihak sering mengkaitkan industri ini dengan masalah lingkungan. Mulai dari pencemaran hingga dampak negatif lainnya. Namun, Agincourt Resources (PTAR) menjawab penilaian miring itu dengan bukti nyata. Bahwa industri pertambagan tak sekadar mendulang cuan. Lebih dari itu, industri ini menyalakan suar untuk menerangi jalan meniti masa depan bagi warga sekitar tambang.


Sebagai pengelola Tambang Emas Martabe di Sumatra Utara, PTAR menunjukkan bahwa operasi pertambangan tidak harus selalu identik dengan eksploitasi sumber daya semata. Lebih dari sekadar mengejar keuntungan finansial ditengah kemilau emas, perusahaan ini memposisikan diri sebagai katalisator perubahan, menyalakan harapan bagi peningkatan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat di sekitar wilayah operasional.


Kegiatan pertambangan berkelanjutan kini sudah menjadi tren dan diadopsi oleh banyak sektor terutama yang berkaitan dengan sumber daya alam. “Sudah menjadi tren dunia. Untuk Agincourt Resources atau PTAR, dengan kiprahnya yang puluhan tahun, mereka menerapkan good mining pratice atau ESG melebihi ekspektasi,” ujar Executive Director Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia kepada Kabarindo.com di Jakarta Minggu (2/11/2025).


Pujian Hendra kepada PTAR tentu tak berlebihan. Sebab, PTAR telah membuktikan sebagai perusahaan yang mematuhi beragam regulasi dan memberi dampak positif terhadap lingkungan maupun ekonomi dan sosial kemasyarakatan.

Senyum lebar tampak di wajah Wakil Presiden Direktur PT Agincourt Resources, Ruli Tanio, di acara puncak Penghargaan Subroto di Jakarta, Jumat (24/10/2025) lalu. Menggunakan kemeja batik berlatar warna hitam, pria berkacamata itu menerima penghargaan dari Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung.


Ya, pemerintah melalui Kementerian ESDM mengganjar Agincourt atas inisiatifnya dalam Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Mineral Terinovatif melalui program unggulan Pilar Kemandirian Ekonomi: Peran Bagas Silua Mendorong UMKM Naik Kelas, serta penghargaan di bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral.


Penghargaan ini merupakan pengakuan atas komitmen Agincourt dalam menciptakan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat lingkar tambang. Penghargaan tersebut sekaligus merepresentasikan kontribusi Perusahaan terhadap tata kelola pertambangan yang baik dan kepatuhan terhadap regulasi fiskal sektor ESDM. 


“Selain dirancang sebagai tempat menjual produk UMKM binaan, Bagas Silua kami bangun sebagai ekosistem ekonomi lokal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,”tegas Ruli Tanio.


Agincourt Resources, lanjut dia, ingin memastikan masyarakat di Batang Toru dan sekitarnya memiliki kesempatan untuk tumbuh bersama perseroan dan tetap mandiri hingga tambang tidak lagi beroperasi. Program Bagas Silua merupakan bagian dari pilar kemandirian ekonomi dalam strategi PPM PT Agincourt Resources (PTAR). Melalui peningkatan kapasitas, akses pasar, dan inovasi produk, PTAR berupaya menciptakan model bisnis komunitas yang berkelanjutan serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-8, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak.

Tambang Emas Martabe yang dikelola  PT Agincourt Resources mencakup area 30 kilometer persegi yang berada dalam Kontrak Karya (KK) generasi keenam dengan total luas wilayah 1.303 kilometer persegi. Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatra, tepatnya di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.

Tak Sekadar Menambang Cuan, Agincourt Resources Menyalakan Harapan untuk Masa Depan Warga Sekitar Tambang

Dalam perjalanannya,  Agincourt Resources meramu konsep ekonomi sirkular untuk menciptakan kemandirian finansial dan ketahanan ekonomi bagi masyarakat sekitar tambang. Inisiatif tersebut dimaksudkan mengurangi ketergantungan masyarakat pada sektor pertambangan, dan  memastikan  masyarakat memiliki sumber penghasilan yang berkelanjutan.

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar tambang yang dilakukan Agincourt tak sekadar dengan memberi modal, tetapi lebih menekankan pada penguatan kapasitas dan akses pasar.  Agincourt secara rutin mengadakan pelatihan teknis dan manajerial. Diantaranya pelatihan pertanian modern, teknik budidaya perikanan, pengolahan hasil bumi, hingga keterampilan kerajinan. Pelatihan ini dilengkapi dengan edukasi tentang dasar-dasar manajemen keuangan, pemasaran produk, dan kualitas produk agar UMKM siap bersaing.

Agincourt juga memfasilitasi UMKM lokal untuk mendapatkan akses ke sumber permodalan, baik melalui kemitraan dengan lembaga keuangan mikro maupun melalui program pinjaman bergulir yang dikelola komunitas. Tujuannya, memastikan bahwa UMKM memiliki dana yang cukup untuk berkembang.

Agincourt pun berupaya mengutamakan UMKM lokal untuk memenuhi kebutuhan logistik atau jasa non-inti tambang. Dengan cara ini, Agincourt menjadi pasar yang stabil dan pasti bagi produk dan jasa UMKM sekitar, meningkatkan volume dan kualitas produksi pelaku UMKM.

Beragam kesempatan yang dihadirkan Agincourt itu membuat masyarakat tidak lagi hanya bergantung pada kegiatan pertambagan. Munculnya berbagai jenis usaha, mulai dari pengolahan makanan hingga jasa konstruksi kecil, membuat ekonomi lokal lebih resilien terhadap potensi penurunan di sektor pertambangan di masa depan.

Agincourt juga membuka peluang terciptanya wirausaha lokal di sekitar tambang. Melalui berbagai program yang dirancang, Agincourt  mengubah pola pikir masyarakat dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. Para pelaku UMKM yang didampingi kini mulai mampu merekrut tetangga atau kerabat mereka, sehingga manfaat ekonomi menyebar lebih luas.

Bagas Silua menjadi bukti nyata langkah strategis yang dilakukan Agincourt untuk memberdayakan masyarakat di sekitar tambang. Senior Manager Community PT Agincourt Resources, Christine Pepah mengatakan, Bagas Silua yang berarti “Rumah Oleh-Oleh” dalam bahasa lokal merupakan inisiatif PTAR yang berfokus pada pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kecamatan Batang Toru dan Muara Batang Toru, Tapanuli Selatan. Lokasinya sangat strategis, terletak di jalur lintas Provinsi Sumatra Utara.

“Kami ingin Bagas Silua menjadi tempat yang nyaman bagi siapa pun untuk menikmati kuliner khas Batang Toru sambil mendukung UMKM lokal. Kami akan terus memberikan pendampingan dan dukungan kepada para pelaku UMKM agar produk mereka semakin berkualitas dan mampu bersaing di pasar yang lebih luas,” ujarnya. 

Diluncurkan pada September 2024, hingga kini 32 UMKM mitra binaan Agincourt telah memasarkan produknya di Bagas Silua. Ragam produknya mencakup kuliner khas seperti keripik talas, pisang sale, keripik semangka, dan akar kelapa ungu, hingga produk fashion lokal seperti batik Tapanuli Selatan dan kain ecoprint. Seluruh produk Bagas Silua juga dapat diakses dengan mudah melalui situs bagassilua.id serta akun resminya di media sosial Instagram.

Selain itu, galeri ini menyediakan jasa sablon dan pembuatan kemasan modern untuk membantu pelaku usaha meningkatkan daya saing produk mereka. Dalam sebulan, puluhan produk berhasil terjual dengan total transaksi hingga puluhan juta rupiah.

“Dengan dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat lingkar tambang, kami berharap Bagas Silua mampu menjadi simbol pemberdayaan ekonomi dan budaya lokal,” kata Christine. 


Sedangkan General Manager Operations & Deputy Director Operations PT Agincourt Resources, Rahmat Lubis, menegaskan bahwa PTAR ingin menciptakan model bisnis yang mandiri dan berkelanjutan, sejalan dengan semangat Living in Harmony yang menyeimbangkan operasional perusahaan dengan pembangunan sosial masyarakat.


“Kami ingin menciptakan model bisnis yang bisa diwariskan, dikelola mandiri, dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Inisiatif tersebut dirancang untuk menjadi ruang tumbuh pelaku wirausaha lokal,” ujarnya.


Pada tahun 2024, Agincourt Resources tercatat telah bermitra dengan 56 pelaku usaha lokal dari Tapanuli Selatan, dengan nilai transaksi mencapai USD 9,2 juta atau sekitar Rp150,8 miliar. Program seperti lomba memasak dan pelatihan teknisi AC menjadi wujud konkret bagaimana PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, mampu mendorong pertumbuhan pelaku wirausaha baru di luar sektor tambang.


Konsisten Mengadopsi Good Mining Practice

Tambang Emas Martabe mulai berproduksi penuh pada 24 Juli 2012 dan memiliki basis sumber daya 6,1 juta ounce emas dan 59 juta ounce perak per 30 Juni 2024. Kapasitas operasi Tambang Emas Martabe lebih dari 6 juta ton bijih per tahun untuk memproduksi lebih dari 200.000 ounce emas dan 1- 2 juta ounce perak per tahun.


PT Danusa Tambang Nusantara (PTDTN) menjadi memegang 95% saham PT Agincourt Resources. PTDTN adalah anak usaha PT United Tractors,Tbk. dengan kepemilikan saham 60% dan PT Pamapersada Nusantara dengan kepemilikan saham 40%, sekaligus bagian dari grup usaha PT Astra International Tbk. Sebanyak 5% saham PT Agincourt Resources dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Pemerintah Provinsi Sumatra Utara.

Tak Sekadar Menambang Cuan, Agincourt Resources Menyalakan Harapan untuk Masa Depan Warga Sekitar Tambang

 PT Agincourt Resources mendirikan stasiun riset di kawasan ekosistem Batang Toru yang berfungsi sebagai sarana pelatihan, pendidikan, dan inovasi pengelolaan lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati. (Dok: PTAR)

 
Kegiatan penambangan dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan secara ketat. Salah satu inisiatif nyata yang dilakukan yakni komitmen terhadap konservasi keanekaragaman hayati di dalam kawasan ekosistem Batang Toru yang mencakup sekitar 5.700 hektare lahan.

Wakil Presiden Direktur PTAR, Ruli Tanio, menjelaskan strategi Perusahaan melampaui sekadar pemenuhan regulasi, untuk mencapai dampak positif bersih (net positive impact) terhadap keanekaragaman hayati melalui dua inisiatif tata guna lahan berskala bentang alam.

Pertama, refugia di dalam konsesi tambang. PTAR menetapkan sekitar 2.000 hektare wilayah dalam Kontrak Karya (CoW) sebagai kawasan biodiversity refugia yang dikelola secara aktif dan jangka panjang. Area ini berfungsi sebagai zona penyangga penting dan koridor strategis ekologis utama untuk mendukung keberlangsungan dan pergerakan satwa liar, termasuk spesies primata kunci di kawasan tersebut.

Kedua, proyek offset keanekaragaman hayati berskala besar. Perusahaan juga berkomitmen mengembangkan proyek biodiversity offset berskala besar di luar area operasi tambang. Proyek kompensasi ini, yang diperkirakan mencakup sekitar 3.700 hektare, merupakan implementasi tahap akhir dari hierarki mitigasi internasional, dirancang untuk mengimbangi dampak keanekaragaman hayati yang tidak dapat dihindarkan dengan melindungi dan memulihkan kawasan yang lebih luas dan bernilai ekologis tinggi.

“Komitmen kami melampaui batas operasional tambang. Dengan menetapkan 2.000 hektare area di dalam konsesi sebagai refugia yang dikelola, serta mengembangkan proyek offset berskala besar, kami memastikan perlindungan jangka panjang bagi ekosistem Batang Toru,”tegas Ruli.
 Langkah ini merupakan upaya ilmiah dan strategis untuk memberikan dampak positif bersih terhadap keanekaragaman hayati.

Tak Sekadar Menambang Cuan, Agincourt Resources Menyalakan Harapan untuk Masa Depan Warga Sekitar TambangTim Departemen Environment PT Agincourt Resources melakukan pemeriksaan alat pada waste oil processing plant (WOPP) di Tambang Emas Martabe, Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. (DOK.PTAR)


Ruli menambahkan, PTAR menegaskan posisinya sebagai pelopor  pertambangan berpengaruh positif pada alam (nature-positive mining), dengan menunjukkan bahwa perencanaan strategis, pengelolaan tata guna lahan yang terdedikasi, dan kolaborasi ilmiah mampu menjadikan sektor ekstraksi sumber daya sebagai mitra strategis dalam membalikkan tren kehilangan keanekaragaman hayati.


Sedangkan General Manager Operations & Deputy Director Operations PT Agincourt Resources, Rahmat Lubis, mengatakan, PTAR selalu menerapkan proses penambangan dan pengolahan emas yang lebih hemat energi melalui berbagai inovasi di bagian sistem maupun alat produksi.


Dia memberikan contoh, PTAR mengolah 155,25 ton minyak pelumas bekas dengan teknologi hypobaric fraction separator sehingga mampu menekan Global Warming Potential (GWP) hingga 441.975,09 ton CO2ek.


Program “Utilisasi Hypobaric Fraction Separator untuk Pemanfaatan Minyak Pelumas Bekas” memungkinkan pemanfaatan minyak pelumas bekas hingga 80% sebagai substitusi bahan bakar minyak pada bahan peledak menggantikan bahan bakar diesel. Melalui teknologi pemanasan, filtrasi, pemisahan fraksi bertekanan rendah, hingga pendinginan, minyak pelumas bekas berhasil dimurnikan menjadi bahan yang aman digunakan. 

“Selain mampu mengurangi dampak lingkungan, inovasi ini dapat menciptakan efisiensi berkat penerapan praktik circular economy. Inovasi ini merupakan kontribusi kami dalam mendukung pencapaian SDG’s ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab,” tutur Rahmat.

PTAR juga mendapat Penghargaan Gold atas program “Closed-Loop Energy Reclamation dengan Intelligent Torque Control (ITC) pada Sistem Ore Grinding.” Program ini pada tahun 2024 mampu mengurangi penggunaan energi listrik sebesar 4.931 GJ dan menghemat biaya pembelian listrik senilai Rp1,69 miliar. 


PTAR mengambil peran aktif dalam mendukung transisi menuju masa depan rendah karbon dengan mengimplementasikan strategi pengelolaan emisi yang konkrit dan terukur di Tambang Emas Martabe. 


Komitmen ini bukan hanya sebatas wacana. Sejak tahun 2022, Agincourt Resources telah menetapkan target ambisius untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) Scope 1 dan 2 sebesar 30% dibandingkan baseline tahun 2019. Untuk tahun 2024, target penurunan emisi ditetapkan sebesar 10,75% atau setara dengan sekitar 150.000 ton CO₂e. Target ini dicapai melalui berbagai langkah efisiensi operasional, seperti optimalisasi kegiatan penambangan dan peningkatan kinerja operasional pabrik pengolahan.


Selain efisiensi, pemanfaatan energi bersih juga menjadi pilar utama dalam strategi penurunan emisi. Agincourt Resources mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya (solar photovoltaic) berkapasitas 2,1 MWp yang dibangun dengan sistem atap (rooftop system). Untuk melengkapi transisi energi, Perusahaan juga memperoleh 275.000 MWh Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN, yang turut berkontribusi pada pengurangan emisi sebesar 59.408 ton CO₂e. 

Upaya dekarbonisasi energi juga dilanjutkan melalui penggunaan bahan bakar nabati. Sepanjang tahun 2024, Agincourt Resources telah menggunakan biosolar B35. Inisiatif ini dilanjutkan dengan peralihan ke biosolar B40 pada Februari 2025, yang mengandung proporsi nabati lebih tinggi dan memberikan dampak lebih signifikan terhadap penurunan emisi. 

Langkah mitigasi emisi tak berhenti pada pengendalian sumber utama. Agincourt Resources juga menjalankan pemantauan emisi secara ketat dan terstandar. Sistem pelaporan emisi dikembangkan mengacu pada standar internasional, seperti Global Reporting Initiative (GRI) dan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Guidelines 2006, yang mencakup emisi Scope 1, Scope 2, dan Scope 3. Adapun total emisi GRK Perusahaan untuk tahun 2024 tercatat Scope 1 (emisi langsung): 34.376 ton CO₂e , Scope 2 (listrik dari PLN): 110.802 ton CO₂e , dan Scope 3 (rantai pasok dan aktivitas tidak langsung): 112.297 ton CO₂e 

Tidak hanya emisi GRK yang menjadi perhatian. Agincourt Resources juga mengendalikan emisi udara non-GRK seperti nitrogen oksida (NOx) dan sulfur oksida (SOx) melalui pemeliharaan alat berat dan pengelolaan emisi pabrik yang sesuai dengan standar dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).


Bagi Agincourt Resources, pengelolaan emisi bukan hanya soal kepatuhan, tetapi telah menjadi bagian dari budaya kerja Perusahaan. Melalui investasi, inovasi, dan edukasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, pengurangan emisi tidak hanya berhasil dicapai, tetapi juga turut mendorong terciptanya operasional yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah nyata yang dijalankan secara konsisten dan terukur, Agincourt Resources membuktikan bahwa industri pertambangan emas dapat berkontribusi aktif dalam menekan emisi dan menjaga masa depan bumi. 


Tahun lalu, perusahaan pengelola Tambang Emas Martabe ini dinobatkan sebagai Pemenang Terbaik Penerapan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik (Good Mining Practice/GMP) 2024 Kelompok Perusahaan Pertambangan Komoditas Mineral Logam oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 


Ini membuktikan komitmen Agincourt Resources dalam menjalankan praktik pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Mulai dari aspek keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan, hingga penerapan standar internasional. “Jadi, semua kaidah pertambangan berkelanjutan sudah diimplementasikan penuh oleh Agincourt Resources,”kata Executive Director Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia.

Pakar Lingkungan dan Ekonomi Sirkular Alexander Sonny Keraf mengatakan,  perusahaan tambang agresif melakukan transformasi dan inovasi untuk mencapai tujuan pertambangan berkelanjutan. Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup  ini menilai, perusahaan tambang ,tak sekadar mengejar profit untuk mempertebal pundi-pundi perusahaan, tetapi juga berupaya  menghadirkan benefit atau manfaat bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi tambang.

Mengusung konsep green mining, industri tambang  semakin memperhatikan masalah lingkungan dan sosial. Termasuk dengan penggunaan teknologi dan energi ramah lingkungan, serta melibatkan masyarakat di sekitar tambang untuk tumbuh bersama. “Mereka (perusahaan tambang), tak hanya semata memperhatikan masalah ekologi, tetapi juga dampak ekonomi dan sosial,” sebutnya.

Dulu, stigma negatif kerap ditempelkan di industri pertambangan. Mulai dari perusak lingkungan, deforestasi, hingga meyebabkan pencemaran kawasan.  Namun, stigma itu kini dijawab dengan menghadirkan konsep good mining practise, salah satunya melalui reforestasi. “Sekarang kegiatan pertambangan tak semata profit oriented, tetapi mereka  juga memperhatikan aspek keberlanjutan. Faktor ekonomi, sosial, lingkungan berkembang bersama,” tegasnya.


Bagi Agincourt Resources atau PTAR, kegiatan pertambangan yang dilakukan tak melulu terkait cuan. Lebih dari itu, perusahaan ini mendorong penataan ekosistem ke arah lingkungan yang lebih baik. Tidak hanya selama proses menambang tetapi hingga  pascatambang. Sehingga masyarakat sekitar memiliki jaminan masa depan yang cemerlang.


RELATED POST


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER