KABARINDO – Pengguna Microsoft mengecam perusahaan teknologi raksasa itu setelah mereka mengumumkan rencana untuk memasang fungsi "beli sekarang bayar nanti" (Buy Now Pay Later – BNPL) secara terintegrasi sebagai fitur tertanam di peramban andalan mereka, Microsoft Edge.
Fitur yang sedianya akan diluncurkan pada pembaruan berikutnya ini akan ditambahkan secara otomatis ke setiap kasir virtual laman belanja sebagai opsi pembayaran bawaan (default), dipasang di sebelah pilihan kartu kredit. Dengan skema ini, pembeli dapat mencicil pembayaran belanja mereka secara bertahap.
Fitur ini akan terintegrasi dengan sistem pembayaran Zip, yang memungkinkan setiap pembelian antara $35 dan $1.000 (sekitar Rp. 500.000 -14 juta lebih) untuk dibagi menjadi empat kali pembayaran selama enam minggu, tergantung pada persetujuan.
Meskipun Microsoft menyatakan mereka "tidak memungut biaya untuk menghubungkan pengguna ke penyedia pinjaman", dan hanya bertujuan agar "pembeli mendapatkan apa yang mereka ingin beli di awal, daripada harus menunggu sampai dibayar penuh", banyak pengguna internet menuduh Microsoft sesungguhnya mencoba menghasilkan uang.
Mereka berpendapat, tidak mungkin Microsoft tidak menerima manfaat apapun dari kerjasamanya dengan perusahaan penyedia pembayaran Zip yang terlibat dalam pemasangan fitur bawaan tersebut.
Pengguna internet kecewa terutama karena opsi tersebut ditanam di situs web tanpa izin dari pemilik situs. Jika tidak menginginkannya, satu-satunya cara adalah dengan menghubungi Microsoft dan meminta secara khusus.
Di samping itu, walaupun fitur ‘beli sekarang bayar nanti’ sangat populer di kalangan pembeli, industri ini bukannya tanpa kontroversi. Skema pembiayaan ini sering dituding sebagai biang kerok penjerat utang pembelanja daring yang terbuai dengan syarat-syarat yang lebih mudah dibandingkan dengan mencicil menggunakan kartu kredit.
Di AS, sebuah studi oleh perusahaan keuangan pribadi Credit Karma menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga (34%) orang yang menggunakan rencana tersebut telah tertinggal dalam pembayaran, dan 72% dari mereka yang melewatkan satu pembayaran percaya bahwa hal tersebut menyebabkan mereka mencapai nilai pagu tertinggi kredit mereka.
Di Indonesia belum ada catatan mengenai jumlah pengguna skema BNPL ini atau status kelancaran pembayarannya.
Blog Microsoft yang mengumumkan kabar ini dipenuhi tagar seperti "kepemimpinan yang buruk", "eksploitatif", "sampah" dan "memalukan". Seseorang berkomentar, "[Fitur] Ini adalah bloatware mengerikan yang ditancapkan langsung ke dalam browser.
Microsoft dan Zip belum memberikan komentar lebih lanjut. *** (Foto: Nesabamedia)