KABARINDO, Eropa – Keterlibatan dan keaktifan para penyandang disabilitas dalam berbagai kegiatan olah raga, khususnya sepak bola, secara umum memberi inspirasi dan semangat baru bagi mereka.
Manajer proyek dari proyek percontohan Amputee Soccer in The Club di Jerman, yang juga kapten sepak bola nasional untuk penyandang amputasi, Christian Heintz (36 tahun) tentu tidak menduga kaki kanannya harus diamputasi pada 2010. Insiden tersebut tentunya cukup menggoyahkan hidup pesepak bola yang telah mencintai olah raga itu sejak usia empat tahun.
Untungnya, menjadi penyandang disabilitas tidaklah menghentikan kegemarannya. “Sepak bola menjadi lebih penting setelah amputasi kaki saya, karena melalui akses ke EAFF, saya telah menemukan jalan kembali ke kehidupan dan saya sangat bersyukur bisa bermain sepak bola lagi."
EAFF adalah Federasi Sepak Bola Amputee Eropa, wadah bagi para orang-orang yang (terutama) kakinya diamputasi untuk bermain bola secara serius.
Heintz menambahkan, "Sepak bola para amputee adalah olahraga yang sangat cepat dan menarik. Meskipun Anda bermain dengan kruk, dinamika semua pemain sangat mengesankan. Ini semua yang kami sukai dari sepak bola: Sundulan, tendangan overhead, dan gol-gol indah."
Meskipun pandemi menunda banyak agenda kegiatan Heintz dan rekan-rekannya, mereka terus membuat kemajuan. Dengan bantuan Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB), mereka berhasil memulai kompetisi resmi Bundesliga Sepak Bola Amputee September 2021 lalu.
Di tempat lain, Bradley Bates (23) telah menjadi pemain terkemuka untuk Inggris dan klubnya, West Bromwich Albion melalui powerchair sepak bola. Atlet yang hidup dengan atrofi otot tulang belakang ini bahkan melatih pemain-pemain yang lebih muda di Asosiasi Sepak Bola Powerchair Eropa (EPFA).
"Siapa saja dipersilakan, yang penting adalah ikut dan mencoba," jelasnya. "Olahraga ini menghilangkan perasaan cacat - Anda hanya merasa seperti orang lain. Begitu kami berada di lapangan itu, kami semua profesional. Kami adalah yang terbaik dalam disiplin kami dan kami merasa tidak berbeda dengan pemain olahraga atau sepak bola lain. Bagi kami, [perbedaan] itu hanya pada cara kami bermain."
Sepak bola Powerchair telah memberi Bradley rasa identitas yang kuat dan menawarkan pengalaman yang tidak pernah dia bayangkan. Ia dan teman-temannya bahkan pernah berkompetisi di Australia.
Di Denmark, Federasi Internasional Sepak Bola Cerebral Palsy (IFCPF) memberikan peluang penting bagi pemain-pemain penyadang CP.
"Ini sangat berarti karena saya bisa bermain dengan teman dan rekan satu tim. Ada baiknya saya melakukan hal lain di waktu luang saya," kata pemain tim nasional Mads Tofte.
Rekan satu timnya Glen Sambleben menambahkan: "[Kegiatan] ini membuat perbedaan yang sangat besar karena semua persahabatan dan semua kenangan. Sepak bola CP adalah kesempatan besar bagi para penyandang disabilitas – ini memberi Anda persahabatan dan waktu yang menyenangkan."
IFCPF juga telah mengembangkan strategi untuk menarik lebih banyak pemain wanita dan meluncurkan rencana untuk Piala Dunia Wanita CP pertama yang akan berlangsung pada Mei 2022 di Barcelona, Spanyol.
Selain ketiga organisasi sepakbola penyandang disabilitas yang telah disebutkan, UEFA juga menaungi Centre for Access to Football in Europe – CAFE (Pusat Akses ke Sepak Bola di Eropa), International Blind Sports Federation ─ IBSA (Federasi Olahraga Tunanetra Internasional) dan Special Olympics Europe Eurasia ─ SOEE (Olimpiade Khusus Eropa Eurasia). *** (Foto: deutschlandfunkkultur)