KABARINDO, JAKARTA--Dalam suasana duka yang menyelimuti umat Islam, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI), Rahmat Hidayat, mengeluarkan imbauan tegas kepada seluruh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di Indonesia untuk meningkatkan perhatian terhadap aspek keamanan masjid dan jemaah. Seruan ini muncul menyusul tragedi memilukan yang menimpa seorang mahasiswa musafir di Masjid Agung Sibolga, Sumatera Utara. Rahmat menyampaikan imbaun dalam program DMI Talk di DMITV pada hari Selasa (4/11).
Peristiwa tragis tersebut terjadi pada Jumat, 31 Oktober 2025, ketika seorang pemuda musafir yang tengah beristirahat di masjid menjadi korban pengeroyokan oleh lima orang pelaku. Insiden ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga mengguncang kesadaran publik akan pentingnya menjaga kesucian dan keamanan rumah ibadah.
Dalam pernyataan resminya, Rahmat Hidayat menyampaikan keprihatinan mendalam atas kejadian tersebut. Ia menegaskan bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga ruang perlindungan dan ketenangan bagi siapa pun yang datang, terlebih bagi musafir yang mencari tempat bernaung. “Kejadian ini mencederai nilai-nilai Islam dan menodai kesucian masjid sebagai tempat yang seharusnya aman,” ujarnya.
Rahmat mengajak seluruh pengurus DKM untuk tidak hanya fokus pada kegiatan keagamaan, tetapi juga memperkuat sistem keamanan internal masjid. Ia menyarankan agar masjid memiliki prosedur standar dalam menyambut tamu musafir, termasuk pencatatan identitas, pengawasan CCTV, dan koordinasi dengan aparat keamanan setempat.
Lebih lanjut, DMI juga mengimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh prasangka atau informasi yang belum jelas. Dalam kasus Sibolga, tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh sekelompok orang telah berujung fatal. “Kita harus belajar dari tragedi ini. Jangan biarkan masjid menjadi tempat kekerasan,” tegas Rahmat.
Kecaman Keras
Ketua Umum DMI, Jusuf Kalla, turut menyampaikan kecaman keras atas insiden tersebut. Ia menyebut tindakan para pelaku sebagai “biadab dan tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun,” mengingat masjid adalah simbol perdamaian dan persaudaraan.
Sebagai langkah konkret, DMI akan menggelar pelatihan bagi pengurus masjid terkait manajemen keamanan dan penanganan situasi darurat. Program ini diharapkan dapat mencegah kejadian serupa dan memperkuat peran masjid sebagai pusat ketenangan spiritual dan sosial.
Rahmat Hidayat juga mengajak umat Islam untuk memperbanyak doa dan introspeksi diri. Ia menyerukan pembacaan Qunut Nazilah dalam salat Subuh dan Jumat sebagai bentuk permohonan perlindungan kepada Allah SWT atas situasi yang mengancam keamanan dan persatuan bangsa.
Tragedi Sibolga menjadi pengingat pahit bahwa keamanan masjid bukanlah hal sepele. Di tengah tantangan sosial yang kian kompleks, masjid harus tampil sebagai benteng moral dan tempat perlindungan yang sesungguhnya. Seruan DMI ini diharapkan menjadi titik balik dalam memperkuat peran masjid di tengah masyarakat.
          
            
              
              
              

        
            
            
            
            

