Secuil Kisah Masjid Ghamamah
Cuaca hari ini begitu cerah. Matahari sudah condong lebih dari 30 derajat dengan benderang terik menyengat. Meski demikian udara di sekitar Masjid Nabawi, Madinah tetap terasa dingin sejuk, disertai semilir angin yang berhembus dari bukit sekitar.
Para jemaah umrah tampak menikmati suasana ini. Tapak tilas perjalanan sejarah dan spritual tak membuat peziarah merasa suntuk ataupun lelah.
Di Madinah, khususnya di sekitar Masjid Nabawi, cukup banyak tempat yang bisa kunjungi dan digali kembali sejarahnya. Salah satunya adalah Masjid Ghamamah.
Masjid ini memang tak sebanding besar dengan Masjid Nabawi. Namun demikian, tempat ini memiliki sejarah yang sangat penting bagi umat Islam.
Lokasi Masjid ini tak jauh dari Masjid Nabawi. Hanya sekitar 300 meter sebelah barat daya Masjid Nabawi atau didekat pintu masuk nomor 310 kompleks Nabawi.
“Dulunya, area masjid Ghamamah dan sekitarnya adalah tanah lapang yang digunakan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya untuk menunaikan sholat Idul Fitri, Idul Adha, dan sholat Istiqa' (sholat untuk meminta hujan),” demikian Ustadz Agussuanto membuka pemaparannya kepada jemaah Umrah ASFA Travel di depan Masjid Ghamamah.
Ghamamah artinya awan atau mendung. Masjid ini dinamai Ghamamah karena pada waktu itu Rasulullah SAW pernah dimintai oleh penduduk sekitar Madinah yang sedang mengalami kekeringan agar Allah SWT menurunkan hujan kepada mereka.
Rasulullah SAW kemudian mengajak penduduk sekitar ke tempat tersebut untuk melakukan sholat Istisqa' dan berdoa hingga akhirnya memicu berkumpulnya awan (ghamamah) di langit Madinah pada saat itu lalu turunlah hujan.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Zaid, salah satu sahabat Nabi juga mengatakan bahwa Rasulullah SAW mengajak penduduk sekitar Madinah pergi ke al-Mushalla (tanah lapang tempat sholat) untuk melakukan sholat istisqa'.
Selanjutnya, beliau berdoa kepada Allah SWT sembari menghadap kiblat dan memalingkan punggungnya kepada orang-orang. Beliau membalikkan selendangnya (membuat yang kanan di atas yang kiri) dan shalat dua rakaat mengimami kami dengan mengeraskan bacaannya di kedua rakaat tersebut. Kemudian turunlah hujan kepada mereka.
Peristiwa inilah yang kemudian membuat masjid Ghamamah juga disebut sebagai Masjid Awan.
Masjid Ghamamah yang dulunya tanah lapang juga menjadi tempat Rasulullah SAW pertama kalinya memimpin sholat Ied dan berlangsung beberapa kali. Konon dikisahkan bahwa peristiwa sholat Idul Fitri pertama kali dilakukan di masjid tersebut pada tahun kedua Hijriah.
Untuk mengenang kebiasaan Rasulullah SAW tersebut, maka didirikanlah sebuah masjid yang dinamakan Masjid Al-Mushalla yang saat ini lebih dikenal sebagai Masjid Al-Ghamamah.
Khalifah Umar bin Khatab adalah orang yang membangun masjid ini tepat di tempat sholat Nabi Muhammad SAW. Adapun bangunan masjid yang ada saat ini merupakan hasil peninggalan pembangunan Sultan Abdul Majid al-Utsmani.
Dalam sejarahnya, masjid ini juga pernah direnovasi kembali pada masa pemerintahan Raja Fahd di tahun 1411 H.
Dari sisi arsitektur, Masjid ini ditutupi dari luar dengan batu basal hitam, dan kubah serta dinding interiornya dicat putih, sedangkan lengkungannya diarsir hitam untuk melengkapi penampilan masjid yang indah. Sebuah panel hijau ditempatkan di pintu masuk gedung di mana kata-kata Masjid Al Ghamama ditulis dengan kaligrafi yang indah.