Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Gaya hidup > Santika Pandegiling Tampilkan UMKM Batik Surabaya dan Musik Siter, Rayakan Hari Batik Nasional

Santika Pandegiling Tampilkan UMKM Batik Surabaya dan Musik Siter, Rayakan Hari Batik Nasional

Gaya hidup | Rabu, 2 Oktober 2024 | 17:09 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Santika Pandegiling Tampilkan UMKM Batik Surabaya dan Musik Siter, Rayakan Hari Batik Nasional

Santika Pandegiling Tampilkan UMKM Batik Surabaya dan Musik Siter, Rayakan Hari Batik Nasional

Surabaya, Kabarindo– Dalam rangka merayakan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober, Hotel Santika Pandegiling Surabaya mengadakan pameran batik pada 2 – 3 Oktober 2024.

Executive Secretary & Public Relations Santika Pandegiling, Herna Ayu Marlina, mengatakan tujuan kegiatan tersebut untuk melestarikan warisan budaya leluhur dan menunjukkan penghargaan serta kebanggaan terhadap kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Santika menghadirkan beberapa UMKM batik di Surabaya seperti Rumah Batik Suramadu, Batik Nusantara, Batik Tulis Melati dan Yubella, yang masing-masing membawa produk mereka berupa kain maupun baju dan celana dari batik dengan motif khas Surabaya.

Sri Sulistyowati, pemilik Batik Yubella dari Banyuurip Kidul Surabaya, menuturkan ia mendirikan usaha ini pada 2021 dengan memproduksi kain batik, pashmina dan pakaian dari batik maupun yang dipadu dengan tenun. Kain batik Yubella memiliki motif-motif khas Surabaya, di antaranya Ludruk, kesenian khas Surabaya.

“Ada 15 motif khas Surabaya yang sudah saya patenkan. Mungkin nanti ada tambahan lagi motif-motif lain,” ujarnya.

Produknya terbuat dari batik tulis dan cap yang dibandrol Rp.350 ribu hingga Rp.1,7 juta. Omzetnya mencapai Rp.5 juta per bulan.

Sedangkan Batik Tulis Melati telah mematenkan 12 motif khas Surabaya, di antaranya Tunjungan Surabaya dan Gembili yang paling laris. Motif Gembili bergambar kembang, laut karena Surabaya merupakan kota pelabuhan dan gambar hiu yang merupakan unsur dari Suro dan Boyo, lambang kota Surabaya.

Selain pameran batik, juga ditampilkan live show membatik menggunakan canting diiringi musik tradisional Siter yang dimainkan oleh Teguh Santoso, seniman berusia 55 tahun asal Sidoarjo yang menekuni seni karawitan. Alat musik petik Siter dan pemainnya tergolong langka, apalagi di kota besar, sulit menemukannya.

“Saya menekuni seni karawitan dan Siter karena saya menyukai musik tradisional Jawa dan ingin melestarikannya. Sayang sekali kalau sampai lenyap ditelan zaman,” ujar Teguh.

Herna berharap kegiatan tersebut dapat terus berlangsung pada tahun-tahun berikutnya dan mampu menarik minat anak muda, terutama generasi Z.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER