KABARINDO, JAKARTA -- Setiap malam selama bulan Ramadan, anggota klub sepeda motor turun ke jalan-jalan di Damaskus, Suriah, untuk mengantarkan makanan kepada mereka yang membutuhkan selama bulan suci umat Islam terebut. Selian menu berbuka, mereka juga membagikan makanan untuk sahur.
“Kami menyasar daerah-daerah yang paling tertinggal,” kata Tarek Obaid, kepala Hope Bikers, yang bersama 50 sukarelawannya membuat dan mendistribusikan makanan untuk berbagai badan amal di ibu kota Suriah.
Para pengendara motor ini (beberapa di antaranya berjanggut atau mengenakan cincin perak besar di jari mereka), keluar menjelang matahari terbenam hingga menjelang sahur untuk menyerahkan makanan agar penerimanya yang beragama Islam dapat berpuasa keesokan hari.
Para relawan ini mengenakan rompi biru khas klab mereka, bagian depan dan belakang disulam dengan lambang klab mereka masing-masing dan bendera Suriah.
“Mereka membantu karena alasan kemanusiaan atau moral,” kata Obaid. Kegiatan amal ini setidaknya juga mengurangi stigma negatif para pemotor yang dianggap liar. “Sebelumnya, orang-orang menghindari klab motor, tapi sekarang mereka senang melihat (rompi) biru kami atau mendengar suara sepeda motor kami,” kata Obaid kepada AFP.
Kelompok tersebut mengatakan mereka tidak memiliki afiliasi politik dan memiliki anggota lintas agama. "Orang-orang sudah mengenal kami, mereka tersenyum pada kami, mereka mencintai kami," kata Obaid.
Suriah telah dilanda perang selama 13 tahun yang telah menewaskan lebih dari setengah juta orang dan memukul perekonomian serta infrastruktur negara tersebut. Menurut PBB, sekitar 90% populasi di negeri itu berada dalam kemiskinan.
Klab sepeda motor ini memulai kerja sukarelanya di masa pandemi covid-19 dengan mengangkut tabung oksigen bagi mereka yang membutuhkan. Ketika pandemi mereda, para pengendara sepeda motor ini mengalihkan perhatian mereka ke hal lain, termasuk membantu para korban gempa bumi pada Februari tahun lalu yang melanda sebagian wilayah Suriah, yang menewaskan sekitar 6.000 orang di sana.
Mereka juga menjadi bagian dari pengorganisasian, bersama dengan organisasi non-pemerintah, serta membantu kegiatan kegiatan rekreasi untuk anak-anak yatim piatu.
Saat Ramadan, para relawan ini berkumpul di dapur amal di Damaskus untuk menyiapkan sayuran, daging, dan nasi, kemudian mengemas makanan tersebut untuk dibagikan.
Mereka mengenakan helm berwarna perak, hitam, atau kuning cerah, siap berkendara menuju matahari terbenam, kali ini ke panti jompo di pinggiran Damaskus.
Para pengendara motor ini bergerak dengan lincah melewati kawasan sibuk, menghindari lalu lintas yang padat untuk mengantarkan makanan untuk berbuka dan sahur kepada para dhuafa.
Mereka merogoh kocek sendiri, termasuk untuk bensin. “Kendalanya kadang kami kesulitan mendapatkan bahan bakar” karena kelangkaan dan harganya yang mahal,: kata George Hafteh, 37, seorang fotografer dan salah satu anggota klab motor.
Rekan anggota klubnya, Amer Totanji, 31, yang bekerja di sebuah perusahaan swasta, mengatakan dia senang dengan apa yang bisa dia lakukan bersama klab motornya. “Motor ini lebih dari sekadar moda transportasi dan telah menjadi sarana membantu orang yang membutuhkan,” tegasnya. Red dari berbagai sumber