KABARINDO, LONDON – Dua narasumber kelompok OPEC+ pada Rabu (2/2) mengatakan bahwa organisasi itu telah sepakat untuk mempertahankan kenaikan moderat dalam produksi minyaknya, meskipun ada tekanan dari konsumen utama untuk peningkatan pasokan yang lebih besar setelah minyak mentah mencapai harga tertinggi dalam tujuh tahun.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia (OPEC+) adalah produsen lebih dari 40% pasokan minyak global.
Amerika Serikat, India, dan negara-negara lainnya telah meminta OPEC+ untuk memompa lebih banyak minyak saat ekonomi pulih dari pandemi, tetapi mereka tetap mempertahankan target kenaikan bulanannya sebesar 400.000 barel per hari (bph).
OPEC+ menyalahkan lonjakan harga pada kegagalan negara-negara konsumen untuk memastikan investasi yang memadai dalam bahan bakar fosil di saat mereka berupaya beralih ke energi yang lebih hijau.
Beberapa sumber OPEC+ juga mengatakan kenaikan harga telah didorong oleh ketegangan Rusia-AS, akibat konflik Ukraina. AS menuduh Rusia hendak menyerang Ukraina, namun Rusia membantahnya.
Peningkatan produksi minyak juga diperumit oleh fakta bahwa beberapa anggota OPEC+ telah mengalami kesulitan bahkan untuk memenuhi target bulanan saat ini, dan kekurangan kapasitas cadangan untuk meningkatkan produksi lebih jauh.
Minyak mentah Brent diperdagangkan di atas $90 per barel pada hari Rabu dan menyentuh level tertinggi tujuh tahun di $91,70 minggu lalu.
Sebuah laporan yang disiapkan untuk pertemuan oleh para ahli OPEC+ mempertahankan perkiraan 2022 dengan pertumbuhan permintaan minyak dunia tidak berubah pada 4,2 juta barel per hari.
Laporan itu juga menyebutkan permintaan akan mencapai tingkat seperti sebelum pandemi pada paruh kedua tahun ini. Pada 2019, permintaan minyak sedikit di atas 100 juta barel per hari. ***(Sumber dan foto: Reuters)